Keterangan gambar penalaut.com

SURABAYA | duta.co – Ketika orang ribut soal sikap PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) menerima konsesi atau izin pengelolaan tambang dari pemerintah, pera pengurus NU bergeming, tetap mengkaji sejauh mana manfaatnya untuk umat.

Belakangan, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah juga menerima izin tambang yang ditawarkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ini kemudian mengejutkan banyak pihak, karena dianggap berseberangan dengan sikap kritis yang selama ini ditunjukkan kepada pemerintah.

“Saya terkejut dengan keputusan Muhammadiyah. Sikap Muhammadiyah seperti ini kan tidak biasanya. Biasanya Muhammadiyah dan para tokohnya cukup kritis terhadap kebijakan pemerintah,” demikian Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Mulyanto, Senin (29/7/2024).

Ketenangan dan kenyamanan berpikir dalam NU, inilah yang menjadi rujukan sejumlah tokoh. Isfandiari, putra kelima Mahbub Djunaidi, pendiri Pergerakan Mahahsiswa Islam Indonesia (PMII) memberikan alasan, mengapa ayahnya (dulu) tertarik dengan NU, tidak mau gabung dengan aliran kiri, Partai Komunis Indonesia (PKI). Kenapa?

“Sekarang banyak orang bertanya: Kenapa sih Papa tidak memilih PKI, kok malah nyoblos (memilih) Partai NU? Kenapa? Karena di NU ada ruh yang nyaman,” demikian Gus Isfan, panggilan akrabnya mengisahkan dialognya bersama Mahbub semasa NU menjadi partai politik.

Gus Isfan (paling kiri) saat mampir ke redaksi duta.co dan Museum NU. FT/MKY

Gus Isfan sendiri mengaku, saat itu ia masih menganggap NU sebagai kelompok yang konservatif alias kolot. Tetapi, harus diakui, NU merupakan organisasi yang toleran dan terbuka. Di situlah Mahbub menerima banyak inspirasi dalam diri dan keluarganya dengan pikiran-pikiran yang hampir selalu di luar alur umum.

“Pak Mahbub itu menurut saya manusia langka. Bukan karena saya anaknya, tapi memang begitu,” kata pria pecinta motor ini.

Mahbub, kata Gus Isfan, tak pernah mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi profesi tertentu, termasuk mengikuti jejaknya, baik sebagai sastrawan maupun tokoh pergerakan. Mahbub yang wafat tahun1995 memberi keleluasaan bagi anak-anaknya untuk menemukan jati diri mereka sendiri.

“Sekarang baru terasa, peran NU sangat dibutuhkan dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NU berada di garda terdepan untuk mengawal eksistensi negeri tercinta, Indonesia. Kini, semua terbukti,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry