Tampak Puti saat sowan ke Gus Sholah. (FT/SUUD)

JOMBANG | duta.co – Cawagub Jatim Puti Guntur Soekarno menziarahi makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari, Menteri Agama pertama KH Wahid Hasyim, dan presiden RI keempat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di kompleks Ponpes Tebu Ireng, Jombang, Minggu (21/1/2018).

Mengenakan busana terusan putih berbalut kerudung merah, cucu Bung Karno itu tampak khusyuk berkirim Alfatihah dan memanjatkan doa. “Kita semua tahu bahwa beliau-beliau adalah ulama besar yang menyebarkan spirit keindonesiaan dalam balutan ajaran agama yang teduh dan mengayomi. Bangsa ini berutang budi kepada beliau-beliau,” kata Puti.

Pemikiran serta kiprah Bani Hasyim dan para ulama lainnya dengan syiar Islam yang teduh mampu memperkuat bangunan nasionalisme Indonesia. “Indonesia beruntung punya ulama-ulama yang alim, mencintai umat sekaligus mencintai negeri. Di saat banyak negara lain hancur oleh perpecahan, Indonesia kita tetap teguh merawat perbedaan,” ujar dosen tamu Asia Jepang Research Center, Kokushikan University Jepang itu.

Dalam sejarah juga sudah terbukti bahwa berkali-kali momen kritis bangsa ini bisa dilalui dengan baik karena peran para ulama yang mencintai Indonesia. Puti menyontohkan bagaimana KH Hasyim Asyari menggelorakan semangat cinta Tanah Air sebagai bagian dari iman (Hubbul Wathmon Minal Iman) setelah Bung Karno meminta fatwa keagamaan tentang hukum membela bangsa.

“Ijtihad Mbah Hasyim itu menjadi momen sejarah penting dalam perjalanan republik, yang oleh kita di zaman ‘now’ ini kemudian dikenal sebagai Resolusi Jihad. Itulah bukti nyata pembelaan kaum santri terhadap republik ini, menunjukkan bahwa Indonesia dibentuk dari bangunan ideologi kebangsaan sekaligus keimanan,” papar cucu Bung Karno itu.

Ia menambahkan, Gus Dur juga menjadi sosok yang berperan besar dalam merawat demokrasi di Indonesia. “Gus Dur dikenal sebagai guru bangsa, melindungi kelompok minoritas, menjadi penggerak toleransi dan demokrasi. Spirit itulah yang harus kita jaga, teruskan, termasuk itu yang pasti kita rawat di Jawa Timur,” ujar Puti.

Tidak hanya mengembangkan spirit keindonesiaan, lanjut Puti, Gus Dur juga berperan dalam membangun ekonomi umat. “Gus Dur luar biasa dalam memberdayakan ekonomi umat, termasuk dalam jamaah NU dan kalangan pesantren. Maka ini perlu kita lanjutkan untuk mewujudkan ekonomi umat yang tangguh berbasis pesantren,” imbuh pungkas Puti.

Puti Guntur Soekarno ternyata sangat akrab dengan KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) pemangku Ponpes Tebuireng saat ini. Keakraban keduanya terlihat dari pertemuan sekitar satu jam di kediaman Gus Sholah.

“Selain kakek saya (Bung Karno/Soekarno) dan kakek Gus Sholah (KH Hasyim Asyari) bersahabat, bapak saya (Guntur Soekarno) dan Gus Sholah ini kan satu Almamater di ITB, saya sampaikan salam solidaritas ITB. Gus Sholah langsung tertawa,” kata Puti Guntur usai sowan ke kediaman Gus Sholah.

Puti dan Gus Sholah sendiri juga sama-sama alumni SMA Budi Utomo Jakarta. Puti sengaja sowan ke kediaman Gus Sholah untuk meminta doa restu maju sebagai calon wakil gubernur Jawa Timur. “Saya minta restu sekaligus saya menyampaikan salam Bapak saya ke Gus Sholah,” dalih Puti.

Sekadar diketahui, sesaat setelah tiba di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang sekitar pukul 09.30 pagi, Puti langsung melakukan pertemuan dengan KH. Solahudin Wahid.

Dalam pertemuan tersebut, Puti Guntur Soekarno mengenakan busana putih yang dipadu dengan jilbab merah. Sedangkan KH Salahudin Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Sholah menemui Puti dengan mengenakan kemeja putih dengan dipadu sarung putih bergaris abu-abu.

Mereka berdua duduk di kursi ruang tamu dengan latarbelakang lukisan Gus Dur di belakang Gus Solah, sedangkan di belakang kursi yang diduduki Puti terdapat juga lukisan besar Gus Sholah.

Sesaat setelah tiba di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Puti Guntur Soekarno, disambut langsung oleh Gus Sholah, Puti mengatakan alasannya berkunjung ke Tebuireng ini sebagai memohon doa restu pada pengasuh pondok yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari itu. (ud)