Kepala Perwakilan BI Surabaya, Difi Ahmad saat pembukaan ISEF, Selasa (7/11). DUTA/wiwik

SURABAYA | duta.co – Deputy Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi mengatakan sistem ekonomi dan keuangan syariah memiliki perangkat yang berpotensi besar untuk mengatasi berbagai permasalahan kesenjangan dan distribusi pendapatan. Sektor keuangan sosial syariah atau dana sosial keagamaan berupa zakat, infaq, sodaqoh dan wakaf  (ZISWAF).

“Jika dioptimalkan dapat berfungsi sebagai mesin penggerak baru bagi pembangunan bangsa ini, dari mulai skala regional maupun skala nasional,” kata Rosmaya saat pembukaan diskusi rangkaianIndonesia Shari’a Economic Festival(ISEF), Selasa (7/11).

Dalam hal ini, ZISWAF sebagai bentuk partisipasi aktif sosial masyarakat memiliki potensi untuk mendukung berbagai program nasional yang terkait dengan kepentingan publik, seperti pembangunan sekolah-sekolah, pembangunan rumah
sakit, maupun fasilitas publik lainnya. “Studi World Bank pada tahun 2016 memperlihatkan Indonesia salah satu negara yang memperhatikan masalah kesenjangan secara lebih baik lagi. Hal ini tampak dari Gini Rasio Indonesia yang masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,393 pada Maret 2017,” papar dia.

Ia melihat ekonomi syariah nasional juga memiliki potensi sumber daya insani terlihat dari  begitu banyak pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang tersebar di berbagai wilayah. Berdasarkan data Kementerian Agama, terdapat 19.331 pondok pesantren di Indonesia yang jika dioptimalkan dapat menjadi potensi sumber daya insani sebagai para pelaku, pendidik dan penggiat ekonomi syariahyang handal karena kegiatan ekonomi pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam melibatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya hingga ke unit ekonomi yang terkecil. Tidak hanya potensi domestik, dalam tataran global, ekonomi dan keuangan syariah juga memiliki prospek yang besar di mana volume industri halal dan keuangan syariah global pada tahun 2021 nanti diperkirakan akan mencapai USD 6,38 triliun.   Dalam kancah global ini, meskipun Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-10. Tahun 2015 volume pasar makanan halal di Indonesia, yang merupakan pasar utama produk halal domestik,
yang juga merupakan peringkat pertama dalam pasar global, telah mencapai USD 160 miliar.

”Sejalan dengan akan mulai diimplementasikannya UU No. 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada tahun 2019, kondisi tadi menunjukkan betapa kuatnya potensi Indonesia dalam pasar produk halal,” papar dia.

Untuk dapat mewujudkan berbagai potensi dan menjawab tantangan ekonomi dan keuangan syariah tadi, diperlukan suatu strategi, kebijakan serta programpengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang komprehensif, integratif, efektif dan efisien.

Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf mengaku optimis ekonomi maupun bisnis yang berbasis syariah akan tumbuh dan berkembang secara pesat. Meski basis belum terlalu besar namun prospek keuangan syariah di Indonesia khsusnya  di Jatim sangat cerah. Kondisi tersebut dapat dilihat salah satunya dari kinerja perbankan Syariah, dimana secara kumulatif sampai dengan Bulan September 2017 terjadi peningkatan dengan total aset perbankan syariah sebesar 13,41 persen dibandingkan tahun 2016.

Sementara itu, untuk kredit perbankan syariah tumbuh sebesar 8,34 persen . Sedangkan penggunaan kredit perbankan syariah sebesar 64,37 persen. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya. Tumbuhnya ekonomi syariah tersebut telah dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi produktif, seperti modal kerja dan investasi.

“Ini menunjukkan efektifitas penggunaan dana perbankan syariah ini sudah tepat sasaran. Maka sudah sepatutnya untuk kita dukung dan dorong perkembangannya,” ujarnya.

Gus Ipul sapaan akrabnya menyebut, perbankan syariah kini telah berkembang dari semula hanya memberikan pelayanan ritel, menjadi multi produk termasuk penyertaan modal dan pembiayaan proyek.

Salah satu contoh keberhasilan syariah di Jatim adalah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Sidogiri yang telah menunjukkan kinerja yang luar biasa. Bahkan, Koperasi BMT pada tahun 2017 menduduki peringkat ke 4 koperasi besar di Indonesia dengan total asset sebesar Rp. 2,2 Triliun dan volume usaha sebesar Rp. 2,05 trilliun.

“Dengan modal trust atau kepercayaan dari masyarakat dan amanah dalam pengelolaanya, maka BMT Sidogiri mampu menunjukkan perkembangan yang sangat pesat,” ungkapnya.

Lebih jauh disampaikannya, kultur masyarakat Jatim sangat dinamis dan terbuka terhadap perubahan menjadi peluang tersendiri bagi pengembangan ekonomi syariah.

Menurutnya, dua contoh pelaksanaan keuangan syariah, terlihat besaran potensi puluhan ribu ponpes dengan jutaan santri dan alumni. Santri dan alumni inilah yang memberi kontribusi penting sekaligus potensi menggerakkan ekonomi syariah jika mampu mengelola dengan baik.

Ditambahkannya, ponpes yang pengelolaanya baik dan transparan akan memberi peluang tersendiri dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberi dampak signifikan bagi percepatan pembangunan daerah.

Di tempat yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dr Perry Warjiyo mengatakan, bahwa Indonesia adalah pasar terbesar dari ekonomi syariah di dunia. Untuk itu, pemerintah harus mengambil peran serta membangun kemitraan dengan menciptakan bentuk model pemberdayaan ekonomi syariah.

Ia menambahkan, Indonesia dapat menggerakkan industri syariah yang memberi nilai manfaat bagi masyarakat. Salah satunya melalui pengembangan bisnis halal food hingga industri pariwisata religi. “Kita adalah pasar terbesar dan kita harus dapat memanfaatkan peluang tersebut. Jangan sampai kita hanya sebagai pasar masuknya berbagai macamproduk maupun bisnis yang ada dari negara luar,” tegasnya.

Kegiatan ISEF dilaksanakan hingga 11 November 2017 bertempat di Grand City Convention and Exhibition Center dengan mengusung tema fostering inclusive economic growth and improving resiliency through closer collaboration and coordination. end

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry