SURABAYA | duta.co – Video youtube bertajuk ‘Fadil Sumba Menjawab Statemen Santri Islam Nusantara’ beredar di berbagai grup WA. Video yang diunggah Sabtu (12/10/2019), beredar sampai Minggu (13/10) itu, adalah untuk menyanggah Santri Islam Nusantara yang diwakili Yusril dan Santri Indonesia yang diwakili Fadil.
Diawali pernyataan Yusril: “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Nama saya Yusril, saya muslim, dan saya rakyat Indonesia. Dengan ini saya menyatakan, saya akan berislam dengan cara saya sendiri. Islamnya nenek moyang bangsa ini,” demikian Yusril dengan nada lirih.
Masih kata Yusril: “Bung Karno pernah berkata, kalau jadi Hindu jangan jadi India, kalau jadi Islam jangan jadi Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi. Jadilah orang nusantara dengan berbagai kekayaan bangsa ini. Islam Nusantara adalah Islam yang damai, Islam yang rahmatanlilalamin, Islam jatidiri bangsa Indonesia. Karena, bagi saya, berislam adalah memilih jalan, dan saya memilih jalan ini. Terima kasih,” tegas Yusril.
Islam Tak Bisa Pisah dengan Arab
Setelah ditayangkan paparan Santri Islam Nusantara, giliran Santri Indonesia (Fadil) bicara. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya Fadil Sumba, saya muslim, dan saya warga negara Republik Indonesia. Alhamdulillah, saya bersyukur bisa terlahir dari kedua orangtua (ayah) orang berketurunan Arab, warga Dompu Nusa Tenggara Barat, dan ibu orang Sumba, Nusa Tenggara Timur,” katanya.
“Dengan ini saya menyatakan akan selalu berislam dengan Islam yang bersumber dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan tentunya yang diajarkan oleh para ulama kita yang datang ke Indonesia, khususnya wali songo. Yaitu Islam yang rahmatanlilamalamin, yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah diajarkan para ulama terdahulu. Bukan Islam yang aneh-aneh. Bukan Islam yang anti kearab-araban. Nukan juga Islam yang kaleng-kaleng, apalagi Islam yang sesat dan menyesatkan,” katanya.
Masih kata Fadil, Islam yang dianut adalah Islam yang tetap mencintai segala sunnah Nabi Muhammad saw. dan mencintai segala hal yang berkaitan dengan nabi, dan tempat di mana Nabi dilahirkan dan dibesarkan. Tentu tanpa menghilangkan kecintaan terhadap Negara Republik Indonesia dan segala kearifan lokal dari negara yang tercinta ini, yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang mulia.
“Islam dan Arab adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan: Ambil Islamnya, buang Arabnya. Jika kita berislam, maka, kita tidak bisa memisahkan Arab darinya. Karena Nabi Muhammad adalah orang yang lahir, tumbuh dan besar di negara Arab, maka, tidak boleh, jangan karena kita lahir di Indonesia, semua hal, Islam yang berkaitan dengan Arab kita buang begitu saja. Ini bisa merusak keislaman kita kepada Allah.”
Terakhir, katanya: “Nabi bersabda cintailah Arab karena tiga hal. Karena aku adalah orang Arab, Alquran itu berbahasa Arab, dan perkatakaan pendudud surga adalah bahasa Arab,” jelas Fadil. Waallahu’alam bishawab. (mky)