
SURABAYA | duta.co – Terobosan Presiden Prabowo Subianto menjadikan Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) sebagai Kementerian Haji dan Umrah (KHU) Republik Indonesia, merupakan kebijakan yang luar biasa. Ini seakan menyadarkan kita, bahwa, umat mayoritas harus memberi contoh yang baik.
“Duet Gus Irfan (Dr KH Muhammad Irfan Yusuf) sebagai Menteri Haji dan Umrah dan Dahnil Anzar sebagai wakilnya, adalah contoh di mana umat Islam yang mayotritas ini siap menjadi teladan nasional. Kami yakin, KHU akan menjadi contoh terbaik birokrasi di negeri ini,” jelas Sigit Prawoso, Sekjend Partai Kedaulatan Rakyat (PKR) kepada duta.co, Sabtu (20/9/25).
Menurut Sigit, lahirnya KHU diharapkan dapat mentransformasi penyelenggaraan ibadah haji. Dari soal kenyamanan, keamanan jamaah. Termasuk birokrasi KHU yang harus bersih, jauh dari praktek korupsi.
“Keduanya (Gus Irfan dan Dahnil), bisa mengubah pelayanan haji dan umrah menjadi semakin baik. Keduanya memiliki integritas, kapasitas dan kapabiltas yang baik. Di samping itu, merupakan cendekiawan Islam sehingga memahami betul perihal spiritual dan sisi multidimensi ibadah haji,” tegasnya.
Masih kata Sigit, KHU harus bisa membenahi layanan haji dari sisi antrean panjang, kualitas masih dinilai rendah, digitalisasi yang belum tuntas, serta transparansi yang menjadi andalan jamaah. “Pak Prabowo menunjuk keduanya sebagai nakhoda KHU, ini merupakan bagian dari keseriusan pemerintah dan DPR dalam menindaklanjuti masukan dan keluhan banyak pihak selama ini,” terangnya.
Masalah haji umrah, tegasnya, memiliki posisi strategis, baik soal anggaran, hubungan lintas lembaga, sampai urusan antarnegara. Keduanya (Gus Irfan dan Dhanil) harus berani melakukan penyederhanaan birokrasi, percepatan proses, peningkatan pelayanan jamaah, pengelolaan dana secara optimal, sampai soal perlindungan regulasi demi ketenangan jamaah.
“Pun mengenai akuntabilitas keuangan, perlu keterbukaan melalui laporan berkala yang rinci, dari soal investasi, biaya operasional, alokasi manfaat bagi jamaah. Pun digitalisasi layanan seperti pengembangan aplikasi real-time, komprehensif, terintegrasi, dan user-friendly dari pendaftaran, pelunasan biaya, manasik, penyampaian keluhan dan masukan dan laporan perjalanan.
“Memang banyak pekerjaan, dan butuh penataan. Semoga Gus Irfan dan Dahnil — yang merupakan tokoh NU serta Muhammadiyah — bisa menjadikan lembaga ini sebagai contoh terbaik nasional,” pungkasnya. (mky)