SURABAYA I duta.co – Salah satu tantangan besar yang menghadang mimpi Presiden Jokowi dan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. Rintangan nyata itu adalah tingginya angka stunting yang tersebar hampir merata di sejumlah daerah di Indonesia.
Di Jawa Timur, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi Stunting masih di posisi 17,7 %. Angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2022. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), persentase stunting di Jawa Timur tahun 2022 tercatat 19,2%.
Meskipun angka ini lebih rendah dari survei secara nasional yang mencatat prevelensi stunting di Indonesia masih 21,6 persen. “Mau tidak mau, suka atau tidak suka kita semua harus bergandengan tangan untuk membantu pemerintah melalukan aksi nyata guna mencegah tumbuh kembangnya stunting di Indonesia,” kata Dwi Astutik di sela-sela menjadi pembicara Workshop Pembuatan Skenario dan Produksi Film Pendek- permasalahan stunting dan solusinya- di Gedung Kartini Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur yang berlangsung pada 21-22 Mei 2024.
Workshop tersebut merupakan kegaiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Pendidikan dan Budaya Dewantara dari Yayasan Karakter Pancasila, BMPS JATIM dengan Direktorat PMM Kemdikbudristek dan Kemenko PMK.
Dwi Astutik menekankan pentingnya peran semua stakeholder dalam mengatasi maslah tersebut mengingat dampak yang ditimbulkan bisa mengancam generasi dan masa depan Indonesia. “Stunting ini masalah serius yang mendunia termasuk lndonesia,” tegas Dwi Astutik yang juga Dewan Pakar Muslimat Jawa Timur ini.
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekuarangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan, harus bisa dicegah sejak dini karena dampaknya yang begitu serius. Penderita stunting akan mengalami peningkatan morbiditas (keadaan tidak sehat), penurunan kekebalan sistem imun dan peningkatan resiko infeksi.
Efek jangka panjang, urai peraih Doktor ilmu Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga Surabaya ini bisa menyebabkan kegagalan seorang anak mencapai potensi kognitif dan kemampuan fisik nya.
“Kalau sudah demikian, pasti akan mempengaruhi kapasitas kerja dan status sosial ekonomi masa depan mereka. Karena itu harus dicegah ,” imbuhnya di hadapan pelajar SMA, SMK negeri dan swasta di Jawa Timur ini.
Berdasar alasan itulah Dwi Astutik yang juga Dosen Universitas Sunan Giri Surabaya tersebut sangat mengapresiasi program Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakilnya Gibran Rakabuming Raka yang sejak awal akan memberikan makanan dan susu gratis bagi seluruh siswa-siswi di Indonesia.
Pemberian makanan gratis dan susu bagi anak anak, akan mempengaruhi kualitas dan produktifitas bagi tumbuh kembangnya para pelajar Indonesia. “Sungguh kami yang sudah lama berjuang melawan stunting, melakukan pemberdayaan anak anak Indonesia, termasuk membina anak-anak jalanan, bersyukur Pak Prabowo mempunyai gagasan dan program kemanusiaan seperti itu ,” puji aktifis yang sudah lebih 26 tahun menjadi Ketua Rumah Singgah Griya Pena Kharisma Khadijah ini.
Kekurangan gizi kronik, katanya, berhubungan dengan status sosio-ekonomi rendah, asupan nutrisi, dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan para bayi atau anak tidak tepat.
Untuk siketahui, workshop tersebut dibuka oleh Direktur Perfilman, Musik dan Media Kemdikbudristek, yang diwakili Pokja Apresiasi dan Literasi Film, Roro Dyah Mukminah
Selain Roro Diyah Mukminah hadir juga Ka Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, diwakili Ka UPT TIKP Disdik Provinsi Jatim: Dr. Mustakim, SS, M.Si, Ketua BMPS Prov. Jatim : Drs H. Abdullah Sani MPd, Ketua Pusat Kajian Pendidikan dan Budaya Dewantara, Ki Tato Darmanto serta para narasumber pembekalan workshop dan guru pembimbing siswa SMA-SMK Jawa Timur..
Outputnya, siswa memahami permasalahan dan bagaimana mencegah terjadinya stunting. Siswa juga mempunyai kemampuan membuat skenario dan memproduksi Film pendek berseri terkait permasalahan Stunting dan solusinya. (zi)