Febriyanti Liyan Andriani (kanan) memperagakan wayang kertas kepada murid-muridnya kelas 3C SD Muhammadiyah 26 Surabaya. DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Menciptakan alat peraga pembelajaran bisa dengan banyak cara dan model. Alat peraga yang sangat sederhana, mudah dibuat dan tidak mahal sangatlah dianjurkan.

Karenanya guru dituntut untuk bisa membuat alat peraga pembelajaran dalam bentuk apapun. Ide-ide kreatif guru sangatlah diperlukan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.

Febriyanti Liyan Andriani, guru kelas 3C SD Muhammadiyah 26 Surabaya perlu dicontoh. Febri begitu biasa gadis kelahiran Lamongan 1993 ini dipanggil, menciptakan alat peraga pembelajaran berupa wayang kertas.

Disebut wayang karena ada wajah orang ciptaan Febri yang dicetak di kertas HVS putih kemudian dilekatkan dengan tusuk sate.  Mirip wayang yang bisa digerakkan.

Ada banyak tokoh ciptaan Febri yang dibuat wayang. Ada Uni, Pipit, Dada dan teman-temannya.

“Saya meminta bantuan guru SBK (Seni, Budaya, Keterampilan) untuk menggambarkan tokoh-tokoh yang ada di imajinasi saya. Dan Alhamdulillah berhasil,” ujar Fenri kwtika ditemui saat mengajar, kemarin.

Setelah para tokoh itu jadi, Febri mulai menggunakannya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Waktu itu, Febri memang membutuhkan alat peraga karena materi yang akan diberikan adalah tentang dongeng.

“Kalau boneka, saya pikir sudah umum. Banyak yang menggunakan boneka. Dan kalau boneka saya pikir hanya bisa untuk dua tokoh, sementara saya ingin menciptakan banyak tokoh,” jelasnya.

Akhirnya dengan wayang kertas itu, lulusan Sastra Inggris Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) ini bisa memperagakan sebuah cerita yang dibuatnya sendiri. Setiap tokoh yang ada di cerita yang ditulisnya digambarkan dalam tokoh wayang kertas itu.

Pertama kali digunakan, Febri mengaku memainkan cerita tentang anak-anak di kelas yang sering kali menghina (bullying) temannya.

“Ada tokoh yang jahat, ada yang baik. Pokoknya saya cerminkan itu anak-anak di kelas saya sendiri. Karena saya menciptakan tokoh ini terinspirasi dari murid-murid di sini,” jelasnya.

Dan beruntungnya, dengan adanya alat peraga itu, pelajaran bahasa Indonesia untuk topik menentukan tokoh dan watak seseorang berhasil. Murid-murid kelas 3C memahami topik pembelajaran itu dengan cepat.

“Murid di sini terkadang sudah malas membaca cerita-cerita itu. Karena di setiap pagi 15 menit sebelum memulai pelajaran, mereka sudah diwajibkan membaca. Sehingga ketika pelajaran sungguhan, mereka mulai enggan. Makanya saya ciptakan ini supaya materi bisa masuk,” tuturnya.

Dengan karyanya ini, banyak guru kelas lain di sekolah itu yang meniru apa yang dilakukan Febri. Guru-guru menyontoh hasil karya Febri untuk alat peraga pembelajaran di kelas.

“Saya senang ada yang tertarik. Silahkan dicontoh kalau itu membantu dalam proses belajar mengajar,” tandasnya.

Tidak hanya itu, karena banyaknya permintaan, ini juga menginspirasi guru SBK untuk mengajak murid-murid membuat gambar di kertas HVS yang kemudian dijadikan wayang kertas. “Gambarnya macam-macam sesuai dengan tokoh yang ingin diciptakan murid,” katanya.

Dengan apa yang dilakukannya ini, Febri pun berniat untuk terus menciptakan alat peraga yang bisa bermanfaat bagi semua guru agar proses belajar mengajar menjadi lancar.

Selain itu, Febri yang suka membuat cerita sendiri untuk setiap pembelajaran Bahasa Indonesia ini, berencana akan membuat buku dari seluruh kumpulan cerita yang dia tulis.

“Doakan saja, semoga ini bisa berjalan dengan lancar,” tandasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry