SURABAYA | duta.co – Kanker kolorektal sama seperti kanker pada umumnya. Namun kanker ini terjadi pada usus besar (kolon).
Biasanya para penyintas tidak mengetahui gejala kanker ini karena memang tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, justru penderita datang ke dokter sudah dalam stadium lanjut.
Memang kanker ini tidak disertai gejala-gejala. Kebanyakan kanker baru diketahui ketika penyintas datang ke dokter dan melakukan pemeriksaan.
Tidak jarang hasil pemeriksaannya menunjukkan stadium lanjut atau bahkan kanker sudah menyebar ke seluruh organ tubuh.
Dokter ahli dari Adi Husada Cancer Center (AHCC), dr Erwin Donardono, Sp.B KBD mengatakan sumber di balik semua kanker, adalah tumbuhnya sel-sel secara abnormal, termosuk kanker kolorektal.
“Kanker ini dapat bermula dari polip yang tumbuh di sepanjang dinding permukaan dalam usus besar serta rectum,” ujarnya.
Seiring bertambahnya usia, risiko kanker kolorektal akan meningkat. Kanker ini diperkirakan diidap oleh 9 di antara 10 orong yang berusia 5O tahun atau Iebih.
Orang dengan riwayat keluarga yang mengidap kanker atay polip kolorektal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap kanker kolorektal.
Pengaruh gaya hidup, sepenti kurang olahraga, kekurangan asupan serat, konsumsi minuman keras, kelebihan berat badan atau obesitas, merokok serta mengidap penyakit Crohn dan kolitis ulseratif lebih dari 9 tahun merupakan beberapa fakfor risiko yang bisa memicu pertumbuhan kanker kolorektal.
Tanda dan gejala yang umumnya terjadi antara lain diare atau konstiposi, proses buang air besar (BAB) yang terasa tidak tuntas, darah pada tinja (biasanya tidak banyak), tinja yang disertai lendir.
Selain itu, mual, muntah, sakit perut, lemas dan lelah, serta penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Gejala kanker kolorektal biasanya akan dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh.
Gejalanya juga tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker. Maka dari itu pada tahap awal, gejala kanker kolorektal sering tidak terasa. Sehingga pemeriksaan secara rurin patut dilakukan untuk berjaga-jaga.
Pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis kanker kolorektal diantaranya adalah periksa FOBT, bila positif periksa Colok Dubur/RT. Bila RT tidak menemukon sumber pendarahan maka dilakukan pemeriksaann Kolonoskopi.
Tetapi bila proktoskopi tidak menemukan kelainan maka rujuk ke faskes sekunder untuk Kolonoskopi.
Kolonoskopi yaitu pemeriksaan ini merupakan evaluasi kondisi bagian dalam rectum dan usus besar. Untuk individu risiko tinggi selalu dianjurkan untuk kolonoskopi.
Sedangkan pemeriksaan penunjang adalah Biopsi Atau pengambilan sampel jaringan pada seI-sel abnormal agar bisa diperiksa di laboratorium. USG, rontgen, CT dan MRI scan untuk meliha penyebaran kanker dan menentukan tahap perkembangan kanker (staging).
Selain untuk diagnosis, metode-metode pemeriksaan tersebut juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan serta tingkat penyebaran kanker.
Diagnosis dan pengobatan kanker kolorektal sedini mungkin akan meningkatkan kemungkinan sembuh penyintas.
Namun jika kanker sudah berkembang pada stadium lanjut, langkah pengobatan akan dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus meringankan gejala-gejala yang dialami pasien.
Sama halnya dengan kanker-kanker lain, pengobatan kanker kolorektal biasanya meliputi operasi, kemoterapi dan radioterapi.
Kombinasi ketiga langkah pengobatan tersebut tergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan pasien serta tingkat perkembangan dan penyebaran kanker.
Adi Husada Cancer Center sebagai pusat penanganan kanker terintegrasi swasta di Surabaya yang memiliki konsen dalam peningkatan kesadaran terhadap kanker. end