Sekilas bagus. Buku putih Ihya Ulumuddin (Imam Ghazali) mengesankan penajaman. Padahal sebaliknya, buku ini justru mengancurkan isi aslinya. (FT/IST)

“Jangan sembarangan beli kitab klasik. Kini sejumlah kitab yang telah menjadi bacaan keluarga ahlussunnah wal jamaah sudah diacak-acak kelompok Wahabi. Terbaru muncul buku putih Ihya Ulumuddin (Imam Ghazali). Buku ini diacak-acak sesuai paham Wahabi.”

KEJAHATAN kelompok Wahabi sudah kelewatan. Setelah gagal ‘memasarkan’ pahamnya lewat diskusi, debat, taushiyah, kini modus mengubah isi kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan Aswaja (ahlussunnah wal jamaah) semakin masif dilakukan. Lihatlah, bagaimana mereka dengan seenaknya mengacak-acak isi kitab Ihya Ulumuddin karya ulama besar Imam Ghazali.

Kelompok Wahabi membuat ‘buku putih’, mengesankan seolah-seolah ini buku ini bermakna suci dan bersih untuk mempermudah pemahaman terhadap isi kitab. Namun ketahuilah bahwa buku ini merupakan hinaan kepada kitab Ihya dan bahkan kepada Imam Ghazali secara khusus. Karena isinya banyak yang dibuang, lebih parah lagi dikurangi dan ditambahi sesuai faham penulisnya, yakni faham Salafi Wahabi.

Penulisnya beralasan bahwa kitab Ihya ini dipenuhi hadits palsu, ajaran tasawuf yang menyesatkan serta kisah-kisah batil yang menurut mereka tidak ada sumbernya, padahal kedangkalan ilmu mereka yang tidak sampai kepada ilmu Imam Ghazali.

Semua ulama dunia tahu, bahwa, Imam Ghazali adalah Hujjatul Islam, pembela agama Islam. Gelar ini diberikan ulama hanya kepada seseorang yang telah berjasa mempertahankan prinsip-prinsip agama yang lurus semasa hidupnya. Jadi mana mungkin Imam Ghazali memasukan hadits palsu, ajaran sesat dan riwayat yang batil dalam kitab-kitabnya.

Kitab beliau berjumlah seribu lebih, dan semua itu senantiasa dipegang dan dipelajari para ulama dari zaman ke zaman. Ini cukup membuktikan betapa terjaga dan tingginya ilmu beliau. Lalu apa dan siapa mereka yang berani mencela Imam Ghazali, bahkan sampai taraf menyesatkan. Inilah kesombongan penulis ‘buku putih’ yang tertera sebagai pentahqiq, Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Muhammad ‘Ied Abbasi serta penerbit buku berbahaya ini.

Padahal, kalau mereka mau membantah isi kitab tersebut, mestinya mereka membuat buku sendiri dengan hujjah-hujjah tersendiri. Tidak harus memalsukannya dengan cara jahat. Tampaknya mereka paham, bahwa, hujjah-hujjahnya lemah, sehingga harus masuk melalui cara keji.

Modus jahat mengacak-acak isi kitab, ini sesungguhnya sudah lama dilakukan. Sudah lama ini mendapati pembagian kitab-kitab gratis kepada kaum muslimin. Bila anda menjumpainya, maka, berhati-hatilah! Karena hal itu memang menjadi program Wahabi untuk menyebarkan ajaran-ajarannya melalui kitab-kitab yang selama ini menjadi rujukan Aswaja.

Salah satu kesaksian yang mengaku telah menerima pembagian kitab gratis mengatakan, kalau ia menerima paket berisi beberapa kitab Aswaja. “Semalam ana mendapatkan dari teman, 1 dus kitab yang berisi Tafsir Ibnu Katsir, Fatkhul Madjid Syarah Kitab Tauhid, Riyadhus Sholihin, Bulughul Marom san Arrohiqul Makhthum,“ jelasnya.

Kitab-kitab tersebut, telah disebarkan dan dibagikan oleh beberapa sponsor dari kelompok mereka, salah satunya Maktab Darussalam. Mereka dengan sengaja mentahqiq, mentakhrij dan meringkas kitab-kitab hadits yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyikan hadits-hadits yang tidak mereka sukai.

Tujuan mereka tidak lain untuk membentengi dan memperkokoh ajaran Wahabi yang rapuh secara dalil (naqli) maupun secara ilmiah (aqli).  Untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara mereka lakukan. Tentunya sebagaimana kebiasaan mereka yaitu dengan cara-cara tidak terpuji. Mereka Mentahqiq dan men-Tahrij kitab-kitab Ahlusunnah wal Jamaah.

Tahqiq adalah upaya penelitian secara mendalam terhadap sebuah manuskrip (makhthuthat) sebelum mencetak dan menerbitkan manuskrip tersebut. Biasanya juga memberikan komentar-komentar terhadap naskah yang ditahqiqnya itu.

Sedangkan Takhrij adalah upaya penelitian terhadap suatu hadits untuk menunjukkan atau menisbatkan hadits tersebut pada sumber-sumbernya yang asli, yang mengeluarkannya secara lengkap dengan sanadnya.Terkadang, kata takhrij juga dimaknai sebagai upaya penelitian terhadap tingkat kesahihan sebuah hadits.

Takhrij juga diartikan sebagai upaya memisahkan antara hadits yang shahih, hasan, dho’if dan palsu atau mungkar dalam suatu kitab kumpulan hadits oleh seorang Mufti atau Muhaddits. Misalnya, kitab Sunan Ibnu Majah ditakhrij untuk mengeluarkan hadits-haditsnya yang shahih saja, sehingga terbitlah kitab Shahih Ibnu Majah.

Sebagai contoh, kasus hilangnya beberapa hadits dari kitab Shahih Muslim, Musnad Ahmad dan lainnya, yang diringkas dengan alasan untuk memudahkan dalam membacanya. Padahal, dalam buku-buku ringkasan dan takhrij tersebut, banyak hadits-hadits penting yang mereka buang karena tidak sesuai dengan faham mereka.

Kasus seperti ini pernah diakui oleh tokoh-tokoh ulama Timur Tengah. Atas segala kejadian semacam itu, tokoh ulama terkemuka Syiria, Syaikh Sa’id Ramadhan al-Buthi berkata: “Tetapi amanat Allah, ilmu dan mahluk-Nya, membuatku merasa terpanggil untuk mengingatkan umat Islam dari perbuatan-perbuatan aneh seperti ini, yang telah dimanipulasi oleh orang-orang yang mengajak manusia untuk mengikuti mereka, bersandar kepada ajaran agama mereka,dan meriwayatkan hadits-hadits dari Nabi .”

Oleh karena itu, sebaiknya berhati-hatilah wahai umat Islam dari buku-buku terbitan Salafi Wahabi, Karena adanya bahaya laten dalam pemalsuan isi dan kandungan buku, sebagaimana diungkapkan oleh Syaikh al-Buthi tersebut.

Sejarah maupun data telah menunjukan bukti kuat bahwa mereka dikenal tidak amanah dalam menyampaikan ilmu. Karena itu, sebaiknya jangan sembarangan, demi keselamatan keluarga, maka saat ini membeli kitab harus lebih teliti. Dalam mencari buku-buku Islam untuk bacaan keluarga sebaiknya berhati-hati, sehingga diri Anda, orang tua Anda, anak-anak dan istri Anda, serta orang-orang yang Anda cintai, tidak tergelincir dalam kesesatan faham Wahabi.

Mereka (wahabiyah) juga membuang hadits-hadits yang tidak mereka sukai dalam buku yang mereka terbitkan ,sehingga tidak sesuai dengan buku aslinya yang diterbitkan oleh penerbit lain. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada kitab kitab syarah muslim, di mana mereka membuang hadits-hadits tentang sifat Allah swt. Kita pun berharap agar ulama-ulama Aswaja lebih giat lagi meluruskan kejahatan wahabi. (dari berbagai sumber)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry