Abdul Hakim Zakkiy Fasya – Dosen S1 Kesehatan Masyarakat
September 2020 diprediksi akan menjadi awal turun hujan. Setiap musim hujan, bencana banjir menjadi ancaman terutama di kota besar seperti Surabaya. Mungkin masyarakat kita sudah terbiasa dengan banjir. Namun sebagian besar masyarakat masih belum siap siaga untuk menghadapinya.
Berbagai kondisi yang akan dihadapi sesaat dan pasca banjir seharusnya sudah menjadi “ritual” rutin masyarakat. Kebutuhan akan logistik seperti bahan pangan instan, pakaian bersih, obat-obatan dan terutama air bersih untuk tetap menjaga hygiene perorangan, sehingga terhindar dari kontaminasi penyakit pasca banjir.
Terkait penyakit yang mengontaminasi masyarakat pasca banjir, terdapat penyakit berbahaya yang bersembunyi di balik gejala penyakit lain, yaitu leptospirosis. Gejala yang timbul memiliki kemiripan dengan demam berdarah, termasuk fase kritisnya yang seolah mereda.
Padahal leptospirosis memiliki tingkat kefatalan yang lebih tinggi jika sudah mencapai organ vital. Bahkan yang lebih bebahaya adalah, terdapat kondisi dimana leptospirosis tidak menimbulkan gejala, dan tubuh yang terkontaminasi bisa saja bersifat “pembawa” atau biasa disebut carrier.
Leptospirosis lebih sering ditemukan di daerah beriklim hangat, seperti Indonesia. Meskipun sebenarnya terdapat di seluruh dunia, tetapi iklim hangat dapat memfasilitasi bakteri Leptospira untuk tumbuh kembang dengan baik. Kondisi banjir yang terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia lebih banyak memberikan peluang penularan penyakit ini.
Leptospirosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, yaitu Leptospira interrogans. Bakteri ini berasal dari hewan, menyebar melalui urin hewan seperti anjing, hewan ternak, dan pada umumnya adalah tikus.
Bakteri ini dibawa oleh hewan, dan hidup pada ginjal hewan tersebut. Bakteri Leptospira akan dikeluarkan melalui urin binatang pembawa, dan akan mengontaminasi air maupun tanah tempat binatang pembawa tersebut kencing.
Penularan leptospirosis terjadi ketika kita berada di air yang terkontaminasi/Â tercemar kencing yang mengandung bakteri Leptospira.
Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui celah di kulit seperti luka, sehingga masuk ke dalam jaringan darah.
Selain melalui luka, bakteri juga dapat masuk melalui hidung, mulut, dan kelamin. Sehingga terdapat kemungkinan penularan antar manusia melalui pertukaran cairan tubuh (hubungan badan, menyusui, kontak luka).
Kondisi Tubuh ketika kita Terserang Leptospirosis, pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala.
Namun, setelah bakteri tersebut menginfeksi dan menyebar dalam kurun waktu 5 hingga 14 hari, gejala mungkin terlihat. Meski demikian, mulai dari infeksi hingga timbul penyakit dapat terjadi sekitar 2 hingga 30 hari.
Leptospirosis sendiri terdapat 2 jenis ketika menginfeksi. Pertama adalah leptospirosis ringan.
Pada seseorang yang terinfeksi bakteri Leptospira, dalam tahap ringan, beberapa gejala dapat timbul seperti demam, kedinginan, batuk, diare, muntah, sakit kepala, nyeri otot, ruam, mata merah, serta penyakit kuning (tetapi bukan hepatitis).
Sebagian besar akan pulih dalam waktu satu minggu, tetapi bisa juga bertambah parah. Jika bertambah parah, maka termasuk dalam leptospirosis berat.
Gejala leptospirosis berat tergantung pada organ vital yang terkena, dsn akan muncul beberapa hari setelah gejala leptospirosis ringan.
Organ vital yang dqpat terkena diantaranya yaitu ginjal berupa gagal ginjal; paru-paru berupa batuk, napas pendek dan batuk yang mengeluarkan darah; otak berupa gejala meningitis; dan jantung berupa peradangan jantung (miokarditis) atau gagal jantung.
Jika Leptospira telah menginfeksi jantung, hati, dan ginjal, maka yang akan dirasakan adalah kelelahan, detak jantung yang tidak teratur, nyeri otot, mual, mimisan, sakit di dada, terengah-engah, nafsu makan menurun drastis, pembengkakan pada tangan, kaki, atau pergelangan kaki, serta penurunan berat badan secara cepat. *