SURABAYA | duta.co – Masyarakat Jawa Timur masih memegang teguh ‘budaya timur’. Ada tepo sliro alias tenggang rasa dalam menilai kinerja seseorang. Itulah yang terjadi di hampir semua daerah. Intinya, warga Jatim selalu memberikan nilai ‘bagus’ bagi kinerja petahana, meski ada rasa ‘kapok’ untuk memilih kembali.

Kecuali sosok Khofifah Indar Parawansah, mantan Gubernur Jawa Timur ini masih sangat digandrungi. Hampir seluruh lembaga survey memotret keinginan warga Jatim untuk memilih kembali sebagai Gubernur Jatim 2024-2029. Tingkat kepuasan dan rasa ingin memilih kembali Khofifah, jumlahnya sama besar.

“Tak kalah menarik adalah Pj Bupati Jombang. Dari berbagai variable, dia masuk tiga besar bursa Cabup Pilkada 2024 Jombang. Tingkat kepuasan kinerjanya terbilang tinggi, 76,8%. Padahal dia (pejabat) baru, belum banyak dikenal, di mana warga Jombang lebih suka blak-blakan,” demikian Janu Wijayanto SIP, MSi, CEO Bantu Kampanye – Integrated Campaign Solution – kepada duta.co usai melihat hasil survey Mata Publik Indonesia (MPI) di berbagai daerah Jatim, Jumat (12/7/24) dari Jakarta.

Diam-diam lembaga survey Mata Publik Indonesia (MPI) telah memotret suara warga Jatim di sejumlah daerah, salah satunya Kabupaten Jombang. “Kami melakukan survey di sejumlah daerah, termasuk daerah yang dipimpin seorang pejabat (Pj) Bupati. Survey terbaru selesai pertengahan Mei 2024 kemarin. Hasilnya, ada kejutan,” terang Aryo Heriadi SP, Direktur Eksekutif Mata Publik Indonesia (MPI) kepada duta.co dari Semarang, Jawa Tengah.

Kabupaten Jombang, misalnya, Pj Bupati Sugiat adalah pejabat baru. Artinya masih beberapa bulan menjadi Pj Bupati Jombang. Tetapi dari 440 reponden yang masuk secara acak, 76,8% memberikan nilai puas, hanya 17.5% tidak puas dan 5,7% tidak tahu.

“Pun konsistensi warga Jombang juga terbilang luar biasa. Ketika ditanya apakah akan tetap memilih Pj Sugiat sebagai bupati, jawaban ‘Ya’ sebesar 51,3%. Padahal Mei itu belum ada tanda-tanda Pj Sugiat maju,” terangnya.

Yang tak kalah menarik, tegas Aryo, adalah kesan ‘sombong’ bagi seluruh sosok atau tokoh di yang ada Jombang, baik yang sudah menjabat maupun belum menjabat. “Ini penting! Ada dipersepsi publik kepada tokoh yang disebut banyak menggembol isu negatif, ada juga yang dermawan. Tapi, seluruhnya tokoh disebutnya ‘sombong’. Ini tantangan bagi calon pemimpin di Kabupaten Jombang mendatang,” tegas Aryo.

Aryo juga merekomendasi kepada seluruh nama yang masuk bursa Pilbup 2024 agar memahami karakter warganya. Di Kabupaten Jombang, katanya, tidak bisa lepas dari tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Karena itu, harus memiliki kedekatan dengan PCNU, menyentuh program-program keummatan yang diusung NU Jombang.

“Tanpa menafikan elemen yang lain, menurut hemat saya, calon bupati dan wakil bupati Jombang harus bisa berjalan seiring dengan PCNU terutama terkait pemberdayaan masyarakat, milenial dan Gen Z-nya. Jombang memiliki potensi luar biasa. Di sana banyak kampus, pesantren, dan produk-produk unggulan. Yang dipertanyaan publik Jombang adalah rendahnya minat investor masuk di Kota Santri ini, mengapa?,” pungkas Aryo Hariadi. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry