MEMBATIK : Warga binaan Lapas wanita Malang belajar membatik bersama tim UMM beserta mahasiswa (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co -Mobil Kamis Membaca (KaCa) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkunjung ke Lapas Perempuan Klas IIA, Sukun, Kota Malang dengan mengadakan pelatihan membatik dan menulis Blog.

Ada 90 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang turut serta dalam dua pelatihan ini. Enam puluhan orang WBP mengikuti kelas membatik dan dua puluh orang mengikuti kelas menulis Blog.

Pada kelas Blog, WBP diberi pelatihan untuk memanfaatkan pengetahuan luasnya hasil membaca untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Pelatihan ini ditujukan untuk memanfaatkan era digital bagi WBP setelah menyelesaikan masa hukumannya.

“Kita ajarkan cara membranding diri melalui Blog dan memanfaatkannya sebagai media bisnis,” jelas Mirza Bareza Bloger JadiJurnalis.com, pemateri pelatihan Blog. Selain kelas Blog, ada pula kelas membatik. Para peserta diminta untuk membatik dengan pola yang telah tersedia di permukaan kain. “Susah,” tutur salah seorang WBP sembari berhati-hati membatik. Kegiatan membatik ini juga diinstrukturi Belinda Dewi Regina, S.Pd, M.Pd. dari Lembaga Kebudayaan (LK) UMM. Hasil karya ini pun menjadi kenang-kenangan penanda kehadiran Mobil KaCa UMM di Lapas perempuan ini.

Belinda mengungkapkan, bahwa pelatihan ini adalah kegiatan yang strategis. Artinya, pelatihan ini dapat menjadi bekal para WBP nanti untuk mengembangkan wirausaha batik sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru.

“Membatik itu berlatih sabar sekaligus menikmati proses,” katanya. Ia pun berharap agar ke depan para peserta dapat benar-benar menerapkan keahliannya, salah satunya dengan membatik.

Kunjungan kedua kali ini juga kembali disambut hangat oleh para WBP. Ketika Mobil KaCa memasuki lapangan olah raga Lapas, para WBP sudah berkumpul dan bersiap mengikuti setiap agenda yang dibawa Mobil KaCa. Tak hanya itu, para WBP pun diperkenankan meminjam buku untuk dibaca dalam beberapa hari. “Mumpung bukunya bagus-bagus,” ujar salah satu WBP sembari mengambil dan memilih buku.

Diakui salah satu petugas Lapas, beberapa WBP dapat menghabiskan satu novel setebal 300 halaman dalam dua hari.

“Buku di perpustakaan sudah selesai dibaca semua,” jelas salah satu petugas Lapas.

Salah satunya adalah Dini Dwi. Perempuan asal Bangil ini begitu amat senang membaca novel. Selain itu, secara konsisten Dini juga perlahan-lahan menyusun novelnya sendiri yang ia tulis dengan tangan. (hms/dah)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry