
SURABAYA | duta.co – Ada yang memprihatinkan di tengah gebyar hari ulang tahun (HUT) ke-732 Kota Surabaya kali ini. Meski disertai pesta pora, ratusan baliho, serta gegap gempita mewarnai sudut-sudut kota, ternyata ada pemandangan menyedihkan, adalah makam Wali Kota Surabaya pertama, dr Radjamin Nasution yang tak tersentuh perbaikan.
Makam ini, kemarin diziarahi oleh Forum Komunikasi Jurnalis Nahdliyin dan GP Ansor Surabaya, tepatnya pada puncak perayaan Hari Jadi Kota Surabaya pada 31 Mei 2025. Lokasinya di TPU Rangkah, Surabaya. Tampak salah seorang wartawan geleng-geleng kepala, saat menyaksikan minimnya perhatian kita.

“Terimakasih, kami diingatkan oleh para Jurnalis Nahdliyin – wartawan berlatar Nahdlatul Ulama – dan sahabt GP Ansor, semoga ini menjadi momen terbaik untuk mikul duwur mendhem jero kapada para pemimpin kita,” demikian komentar Prof Dr Muhammad Mukhrojin, Ketua Umum MUI Sukolilo kepada duta.co, Senin (2/6/25).
Memang tampak memprihatinkan. Alih-alih megah, berpenanda kokoh, atau sekadar bersih dan terawatt. Makam Dokter Ranyaris luput dari perhatian. Tak ada plakat, tak ada penunjuk arah, tak ada bunga. Yang ada hanya keheningan dan tanda tanya: Benarkah kota ini mengenang peletak pondasinya?
Seperti kita tahu, Dokter Radjamin Nasution adalah sosok penting dalam sejarah Kota Surabaya sebagai Wali Kota pertama yang memimpin kota ini pasca kemerdekaan.
Muhamad Didi Rosadi, Ketua Umum FJN sekaligus Pengurus Wilayah GP Ansor Jawa Timur, menuturkan bahwa kegiatan ziarah makam ini merupakan bentuk penghormatan kepada dr. Radjamin Nasution, yang telah memberikan jasa besar sebagai pemimpin Kota Surabaya di masa awal kemerdekaan.
“Pengabdiannya sebagai dokter, birokrat, dan pejuang kemerdekaan sangat layak dikenang dan dihormati,” tuturnya usai ziarah di Makam Rangkah, Kenjeran, Surabaya, Sabtu (31/5/2025). (mky)





































