
KEDIRI | duta.co – Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung kebijakan Lima Hari Sekolah (LHS) juga berimbas di Kota Kediri. PCNU Kota Kediri akan mengambil tindakan setelah Peraturan Presiden (Perpres) turun.
“Kita masih menunggu hasil Perpres yang saat ini sedang dalam proses penyusunan,” terang Abu Bakar Abdul Jalil, ketua PCNU Kota Kediri, akan menyiapkan tenaga pengajar.
Sebelum ini, PCNU Kota Kediri cukup rapat mengawal pelaksanaan LHS. Pasalnya, mereka beranggapan bisa mematikan madrasah diniyah (madin) yang banyak di Kota Kediri. Bahkan PCNU berencana menggelar demonstrasi.
“Iya sempat saya sampaikan rencana tersebut ke wali kota,” ujar Pengasuh PP. Salafiyah yang akrab disapa Gus Ab ini.
Selanjutnya, Wali Kota Abdullah Abu Bakar mengajak pengurus PCNU untuk melihat langsung kondisi sekolah pelaksana LHS. Salah satunya, SMPN 1 Kediri dan SDN Banjaran 4. “Kita datang Senin kemarin (5/9),” jelas Wali Kota Kediri, akrab disapa Mas Abu.
Darikunjungan itu, Gus Ab melihat memang ada kesepakatan sekolah dengan orang tua murid. Mereka tidak keberatan anak-anaknya pulang lebih sore, sekitar pukul 15.15 WIB. Apalagi di sekolah diajarkan hanya pelajaran umum saja. “Ada tambahan jam belajar agama,” terangnya.
Meski demikian, menurut GusAb jumlah pengajar di SMPN 1 Kota Kediri maupun di SDN Banjaran 4 sangat kurang, Makanya kualitas pembelajaran diragukan berjalan efektif. PCNU menyatakan, siap membackup tenaga pengajar jika Perpres turun. “Kita siap bantu tenaga pengajar jika sudah ada Perpres-nya,” jelasnya.
Selain mengikuti madin, siswa SDN Banjaran 4 tetap diwajibkan ikut kegiatan ekstrakurikuler Seperti kesenian, olahraga ataupun klubilmiah. Banyak orangtua yang akhirnya mengeluhkan kondisi tersebut. “Kita sempat terima komplain untuk anak-anak madin yang sebenarnya tidak ingin mengikuti kegiatan ekstra” katanya.
Makanya aspirasi tersebut kini menjadi pertimbangan sekolah untuk membebaskan anak-anak yang ikut madin agar tidak diwajibkan ikut kegiatan ekstra. Wali Kota Abdullah Abu Bakar sangat mendukung keberadaan madin. Pasalnya, madin memberi pengaruh signifikan dalam meningindeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Kediri.
“Pasti diupayakan agar madin tetap survive meski sekolah menerapkan LHS” terang Chevy Ning Suyudi, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Kediri, saat ditemui di ruangannya, kemarin. Mas Abu menilai, jam pelajaran agama yang hanya dua jam sangat kurang, makanya perlu penambahan jam, termasuk di dalamnya sisi religius sangat diperlukan. (nng)



































