Plt Sekda Kab Trenggalek, Kusprigianto dengan Kasi Masalah Gizi Mikro Kemenkes RI, Muhamad Adil di SMAN 1 Durenan yang mewakili LSS 2018 Tingkat Nasional. (FT/DOK)

TRENGGALEK | duta.co — SMAN 1 Durenan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, terpilih  menjadi wakil Provinsi Jawa Timur di Tingkat Nasional, pada Lomba Sekolah Sehat (LSS) tahun 2018. Tim penilai lomba yang dipimpin Kepala Seksi (Kasi) Masalah Gizi Mikro di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Muhamad Adil didampingi Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Trenggalek, Kusprigianto disambut keluarga besar SMAN 1 Durenan.

Kusprigianto mengatakan, Lomba Sekolah Sehat (LSS) tahun 2018 ini, Kabupaten Trenggalek melalui SMAN 1 Durenan Kecamatan Durenan, terpilih maju mewakili Propinsi Jatim untuk beradu di Tingkat Nasional.

“Alhamdulillah, kita terpilih mewakili ke Tingkat Nasional di LSS tahun 2018 ini yang sebelumnya belum pernah,” ucapnya, Kamis, (26/7/2018) di Trenggalek.

Keberhasilan dunia pendidikan dalam prestasi itu, menurut Kuspri, tidak lepas dari menonjolnya program Usaha kesehatan sekolah (UKS) di sekolah-sekolah.

“UKS merupakan wahana yang tepat untuk meningkatkan kemampuan hidup bersih dan sehat bagi peserta didik di sekolah. Oleh karenanya, pembinaan dan pengembangan UKS harus dilaksanakan secara terpadu, terarah dan terencana untuk meningkatan mutu pendidikan  dan prestasi belajar peserta didik dalam suasana lingkungan yang sehat,” ungkapnya.

Selain itu, eksistensi dan keberlanjutan dari program UKS harus juga menjadi perhatian bersama. Sehingga tidak ada kesan dilakanakan hanya saat lomba saja tetapi bisa dijalankan secara berkesinambungan dan memberi dampak luas bagi lingkungan sekitar sekolah.

“Peran UKS harus tetap dipertahankan keberadaannya guna mendukung sekolah sehat,” terangnya.

Disampaikan juga, Pemerintah Kabupaten Trenggalek dalam hal ini menaruh harapan besar pada pelaksanaan program UKS. Karena program UKS dapat mewujudkan peserta didik yang berperilaku hidup bersih dan sehat secara mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkungan yang sehat di sekolah.

“Usaha itu kini telah terlihat dengan ditunjuknya kita mewakili Jatim,” tandasnya.

Melalui kegiatan ini, pihaknya menekankan agar program-program yang dilaksanakan dalam lomba bisa dilaksanakan secara berkelanjutan dan dilaksanakan tidak hanya di lingkungan sekolah saja, tetapi bisa disosialisasikan pada lingkungan sekitar.

“Kita ingin pola hidup bersih dan sehat yang ditekankan dalam lomba LSS ini, tidak saja dilakukan hanya saat lomba, tetapi bisa terus dilaksanakan secara berkesinambungan baik di lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat. Sehingga pola hidup bersih dan sehat yang dimulai dari lingkungan sekolah ini bisa terus menggaung menjadi budaya hidup sehat untuk semua,” harapnya.

Muhamad Adil menjelaskan untuk kategori sekolah pedesaan pemenang akan diberikan gelar best achievement atau pencapaian terbaik.

“Kita lihat inovasinya, kemudian juga dari dukungan–dukungan dari manajemennya, baik dari kabupaten, kecamatan maupun di lingkungan sekitar. Kita melihat keterkaitan antara di lingkungan sekolah dengan masyarakat, dengan lintas sektor terkait. Tujuan utamanya untuk membangun bangsa ini. Ini memang bagian kecil dari upaya tersebut namun juga untuk mendorong masyarakat di lingkungan sekolah untuk berperan lebih jauh lagi dalam menyiapkan generasi bangsa,” ucap Muhamad Adil.

Selama penilaian, tim melihat apakah yang disampaikan benar seperti yang terlihat. Tim akan membandingkan dengan sekolah yang lain, di daerah lain dengan posisi yang sama. Akan dilihat mana yang dominan, mana yang perlu dibenahi yang bisa menjadi pertimbangan akan didiskusikan dan diputuskan pimpinan.

Kepala SMAN 1 Durenan, Budiyanto, menjelaskan begitu menang di tingkat provinsi, bersama dukungan warga sekolah dan masyarakat lintas sektor, diupayakan untuk memenuhi semua instrumen yang diperlukan. Selain itu, upaya pembiasaan menjaga kebersihan lingkungan juga ditanamkan kepada semua warga sekolah, mulai dari siswa, guru, karyawan bahkan juga pemilik kantin sekolah.

“Mulai dari sarana, misalnya kondisi kamar mandi diukur cahaya yang bisa masuk, juga pembiasaan pada siswa ada aturan bagaimana saat kencing, harus disiram dulu, kencing lalu disiram lagi. Alhamdulillah tidak ada kamar mandi yang bau, anak-anak juga biasa saja duduk di sekitar kamar mandi. Misalnya lagi saat keluar masuk ke sekolah, kendaraan bermotor harus dimatikan. Ini sudah mengurangi polusi udara di lingkungan sekolah. Lalu penguasaan anak dan guru tentang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagaimana kerjasama sekolah dengan Puskesmas, dengan rumah sakit dan lintas sektor lainnya,” jelas Budiyanto. (ham)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry