JAKARTA | duta.co – Dolar, ibarat pisau bermata dua. Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri menilai kebijakan ekonomi pemerintahan saat ini terlalu banyak menggunakan strategi pertahanan, tanpa serangan. Ia mengibaratkan kebijakan pemerintah layaknya strategi ‘parkir bus’ ala Jose Mourinho, pelatih sepak bola asal Portugal.

Defense (pertahanan) yang jelek adalah seperti strategi Mourinho, parkir bus. Padahal, seharusnya defense harus dengan counter attack (serangan balik) yang bagus,” ucap Faisal di sebuah forum diskusi di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, seperti dikutip CNNINDONESIA.

Menurut Faisal langkah jor-joran meningkatkan ekspor jauh lebih berdampak pada pemulihan defisit transaksi berjalan, ketimbang membatasi impor. Pasalnya, pembatasan impor hanya mengurangi devisa yang dibutuhkan untuk pembayaran. Namun, ekspor mendatangkan devisa baru bagi Tanah Air.

Di sisi lain, liarnya dolar bisa membuat ekonomi terkapar. Hari ini rupiah yang sudah tembus Rp14.700 per dolar Amerika Serikat. Apalagi hingga menyentuh Rp15.000 per dolar AS, Indonesia bisa tergolek lemas.

Pembayaran Utang Membengkak

Kementerian Keuangan mengakui, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat terhadap rupiah memberikan dampak terhadap jumlah utang pemerintah, khususnya dalam bentuk valuta asing (valas).

“Pelemahan rupiah berdampak terhadap nilai buku utang denominasi valuta asing (valas),” kata Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Scenaider Siahaan saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (31/8/2018).

Scenaider mengatakan dampak pelemahan rupiah akan terasa ketika pemerintah akan membayarkan utang jatuh tempo pada tahun saat pelemahan mata uang terjadi.

Pasalnya, ketika rupiah melemah maka jumlah yang dibayarkan pemerintah dalam rupiah akan lebih banyak meskipun total utang dalam valas tetap sama.

“Yang akan berpengaruh kenaikan beban pembayaran hanya utang yang akan jatuh tempo saja,” ujar dia.

Sedangkan bagi utang pemerintah yang belum jatuh tempo pada tahun saat pelemahan mata uang terjadi hanya tercatat sebagai beban yang belum terealisasi (unrealized loss).

Meski demikian, kata Sceneider, beban utang pemerintah akibat pelemahan rupiah sudah tertutupi oleh penarikan utang dalam valas yang baru.

“Utang valuta asing yang jatuh tempo pada tahun ini seluruhnya tertutupi dengan penarikan utang valas, sehingga dampak secara kas terhadap APBN pada tahun ini sangat kecil,” ungkap dia. (sumber cnni, detikFinance)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry