SURABAYA | duta.co – Mengejutkan! Tiba-tiba viral potongan keputusan hasil Musyawarah  Rais Aam PBNU dan dua Wakil Rais Aam yang memutuskan agar Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (harus) mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.

Sementara, point b, lebih keras lagi. “Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,” demikian potongan surat keputusan tertanggal 20 November 2025 yang terbaca duta.co, Jumat (21/11/25).

Dalam potongan surat keputusan itu, diteken oleh Pimpinan Rapat, Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. “Saya juga heran. Ada apa di PBNU? Bukankah Rais Aam dan Ketum PBNU itu sama-sama mandataris muktamar. Masak Rais Aam bisa membuat musyawarah sendiri memecat Ketua Umum PBNU?” demikian disampaikan Dr M Sholeh Basyari, Direktur Eksuktif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) yang dikenal sebagai tokoh muda NU kepada duta.co.

Bila ada deadline 3 (tiga) hari, maka, Ahad 23 Nov 2025 besok, menjadi penentuan. “Kalau benar, ini memprihatinkan. Dan sejumlah sumber sudah membenarkan hal tersebut (keputusan masyarakah Rais Aam dan dua wakilnya red.),” tambah Dr Sholeh.

Dr M Sholeh Basyari, Direktur Eksuktif CSIIS

Apakah ini terkait kehadiran tokoh pro Israel Peter Berkowitz ke acara Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) konon atas undangan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya? “Kalau soal ini, Ketum PBNU sudah minta maaf,” jelas Dr Sholeh.

Menurut sumber duta.co di lingkungan NU, posisi Gus Yahya sebagai Ketum PBNU kini memang ada yang tengah mengincarnya. “Ada juga yan berpikir menunggu muktamar saja, toh waktunya tidak lama. Memang yang saya dengar Ketum PBNU kita itu sedikit sembrono, ini membuat marah orangtua,” tegasnya.

Soal kedekatannya tokoh-tokoh Israel, Gus Yahya memang pernah didemo. Puluhan massa yang mengatasnamakan Aliansi Santri Gus Dur misalnya, menggelar demonstrasi di depan Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (2/8). Ini memang tidak lazim di NU.

Saat itu, mereka (demonstran) mendesak Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, berikut Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mundur dari jabatannya.

Menurut CNNIndonesia.com, massa awalnya datang dan berkumpul di depan jalan tidak jauh dari Kantor PBNU. Mereka sempat menyampaikan tuntutan aksi.

Tidak lama, melalui pengeras suara, Koordinator Umum Aliansi Santri Gus Dur Muhamad Sholihin mencoba menerobos barikade yang dibuat polisi. Ia juga mengatakan Gus Yahya telah mencampuri urusan partai politik dengan membentuk tim untuk mendalami dan kaji ulang hubungan NU dan PKB.

“Sangat menyakitkan, mencampuri rumah tangga orang lain, yang katanya tidak politik praktis tapi justru kami dipertontonkan dengan keputusan PBNU membentuk tim investigasi, itu adalah offside, harus diingatkan, kalau tidak, Muktamar Luar Biasa kami mendukung Gus Yahya diganti bersama Sekjen,” kata Sholihin.

Ia juga menyinggung tindakan Gus Yahya yang memecat kader PBNU yang berangkat ke Israel. “Dalam konteks kader NU ke Israel dipecat, sementara dia sendiri tidak dipecat, harusnya memberikan keteladanan, juga harus mundur,” katanya.

Dalam tuntutannya massa juga meminta PBNU mendukung Pansus Haji yang dibentuk oleh DPR RI. Ia tidak menjawab secara gamblang saat ditanya apakah aksi berkaitan dengan ketegangan antara PBNU dan PKB belakangan.

“Terlepas PKB dan PBNU, kami kader Gus Dur yang ada di PKB atau tidak di PKB, kami menuntut Gus Yahya yang menganggap kader ideologis Gus Dur, jangan justru membangun manuver politik yang memecah belah rakyat,” katanya.

Sampai berita ini diunggah, belum ada penjelasan resmi, baik dari Rais Aam PBNU maupun Ketua Umum PBNU. Sehingga belum disebut benar, berita itu, meski sejumlah sumber duta.co menyebutnya valid. (mky,net)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry