SURABAYA – Budaya Tiongkok takkan pernah habis dibahas. Selalu menarik untuk diulas. Ini yang kemarin terlihat di Kampus Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya. Pesertanya bukan saja mahasiswa Uwika, namun juga siswa sejumlah SMA/SMK di Kota Pahlawan.

Melalui gelaran Workshop Pengenalan Budaya Tiongkok, peserta bukan saja belajar tradisi minum teh, namun juga seni tali temali dan menghias topeng. Tampilan semakin menarik dengan tampilan mahasiswa yang mengenakan pakaian adat suku-suku minoritas di Tingkok. Ulasan pengetahuan seputar suku tersebut tak ketinggalan disampaikan.

Ada Suku Uighur yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, Suku Zhuang atau Zhuangzu, dan Suku Mongol. “Lewat workshop ini kami perkenalkan dan lombakan budaya Tiongkok. Ada tali temali, melukis topeng, dan minum teh. Ini penting, seseorang yang menguasai budaya orang lain itu jadi kekuatan bersama, menjadi perekat untuk membangun bersama,” kata Rektor Uwika Murpin J Sembiring.

Budaya Tiongkok, menurutnya, ada di Indonesia sejak sebelum pra kemerdekaan. “Melalui event-event seperti workshop Tiongkok ini semakin menguatkan Uwika sebagai unibersits nusantara. Selama ini banyak mahasiswanya dari semua wilayah, suku di Indonesia,” sambung Murpin.

Filosofi minum teh juga sedikit diulas pada workshop. Menurut Murpin, tradisi itu menggambarkan hubungan antara bumi, manusia dan langit. Bumi digambarkan keberadaan lepek atau piring kecil sebagai alas gelas, gelas mewakili manusia, dan tutup gelas sebagai gambaran langit.

Alvin Saady, mahasiswa Fakultas Ekonomi Uwika memgapresiasi atas kemampuan sesama mahasiswa dalam menggelar workshop dan kegiatan pendukungnya. Ada yang menyanyi lagu mandarin, mengenakan pakaian adat suku-suku di Tiongkok, melukis topeng maupun tali temali Tiongkok. (end)