
Jakarta| dua.co – Utang luar negeri Indonesia naik 2,9 persen (yoy) atau berada pada posisi USD326,3 miliar pada akhir kuartal pertama 2017. Angka sedikit meningkat dibanding kuartal sebelumnya sebesar 2,0 persen (yoy). Namun, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan utang luar negeri RI belum masuk kategori tinggi.
“Utang negara kita bagaimana pun itu tidak termasuk kategori tinggi di antara negara-negara di dunia,” ujar Darmin seusai mengahadiri penyerahan hasil audit laporan keuangan 2016 di Gedung BPK, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (26/5).
Total pembayaran cicilan utang pemerintah pada Januari-Maret 2017, kata Darmin, adalah Rp152,678 triliun, atau mencapai 30 persen dari pagu yang dialokasikan pada APBN. Nilai tersebut cukup rendah jika dibandingkan negara lain yang mencapai 100 hingga 200 persen. “Utang kita paling 30 persen dari APBN,” beber dia.
Menurut Darmin, tingkat utang luar negeri RI belum masuk pada situasi yang membahayakan atau masih berada pada ambang wajar. “Jadi kalau dilihat dari bagaimana kita diabndingkan negara lain berutang kita termasuk negara berutang yang tidak bermasalah,” tandasnya.
Menilik data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), per kuartal I-2017 total utang pemerintah pusat tercatat mencapai Rp3.649,75 triliun.
Pembayaran pokok utang pada periode itu mencapai Rp 87,543 triliun, terdiri dari pokok pinjaman Rp9,424 triliun atau 14,26 persen dari pagu APBN. Kemudian pembayaran pokok SBN Rp78,118 triliun atau 34,38 persen dari pagu APBN. hud meo





































