Ketua Umum PPKN, Mahfud M Nor (ksnan) dalam sebuah acara. (FT/DUTA.CO/IST)

SURABAYA | duta.co – Jagat medsos sedang geger dengan peristiwa penolakan dai kondang Ustadz Abdul Shomad baru-baru ini. Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau itu ditolak ceramah di Provinsi Bali. Sampai sekarang netizen masih gaduh dengan peristiwa tersebut. Ada yang setuju, ada pula yang mengutuk penolakan tersebut sebagai tindakan intoleran.

Menurut Mahfud, dalam demokrasi semua orang bebas menyampaikan pendapat. Apalagi yang disampaikan benar dalam kacamata agama dan bisa dipertanggungjawabkan. Masyarakat tidak boleh menghakimi sendiri, meski materi dakwah itu sendiri harus benar-benar menyejukkan.

“Jadi, aksi penolakan dai tidak harus terjadi. Kalau (aksi ini red.) dibiarkan lama-lama bisa menjadi anarkis dan intoleran. Undang-undang sudah mengatur kewajiban seorang dai. Kalau ada ujaran kebencian, itu urusan polisi,” tegas Mahfud M Nor, Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah (PPKN), kepada duta.co, Sabtu (09/12/2017).

Apalagi, lanjutnya, kalau benar ada permintaan agar ulama yang sedang kondang dan digandrungi masyarakat Medsos ini harus mencium bendera Merah Putih segala. “Kalau benar, kebablasan. Cinta tanah air, cinta NKRI, cinta Merah Putih tidak harus dengan mencium bendera Merah Putih,” tegasnya sambil menegaskan bahwa masyarakat harus obyektif bukan didasarkan pada kebencian.

Seperti diberitakan media, termasuk tribunnews,  gara-gara Ustadz Shomad ditolak ceramah di Bali, terpaksa dia tinggal di hotel tempatnya menginap, yakni di Hotel Aston, Denpasar. Bagaimana nasib ustad alumni kampus Al-Azhar Mesir tersebut?

Kronologinya demikian, penolakan terjadi di Provinsi Bali terkait dengan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam rangkaian safari dakwah, Jumat-Minggu (10/12/2017), penolakan disampaikan melalui unjuk rasa di depan Hotel Aston. Yang berunjuk rasa kelompok organisasi kemasyarakatan dan anggota DPD RI, Arya Wedakarna.

Sedianya, Ustadz Somad ceramah di Masjid An-Nur di Jalan Diponegoro, Denpasar, tetapi ditolak ceramah karena sebelumnya dianggap telah menyinggung agama lain.  Kelompok yang berunjuk rasa pun melaporkan Ustadz Shomad kepada Polda Bali.

Bahkan dalam pantaun tribun, sempat tertangkap kamera diduga oknum pengunjuk rasa membawa senjata tajam. seperti sebuah pisau namun cukup panjang. Di sela unjuk rasa penolakan, beberapa orang menemui Ustadz Shomad untuk dilakukan negosiasi. Hingga Jumat sore, Ustadz Somad tetap ‘nekad’ untuk ceramah di beberapa masji, antara lain Masjid Sudirman dan Masjid An-Nur. Ustadz Shomad juga diminta mencium bendera Merah Putih dan memilih untuk meninggalkan Bali, namun dia menolak.

Ada juga netizen yang bercerita tentang aski unjukrasanya. Katanya, Ustadz Shomad sempat terdiam ketika digeruduk dengan pertanyaan. “Pak Somad, sekedar saya kasih tau. Teman saya ini, saudara saya ini Djones Sinaga adalah umat Nasrani yang kecewa dan sakit hati atas Dakwah anda mengenai Kristen.. dengan mudah mengkafir-kafirkan umat lainnya..”

Somad (tulisnya) hanya diam, memandang kawan Djones yang dipegang pundaknya, karena dari tadi sudah menahan emosinya.

Lalu Djones sendiri pun menyahut, “Omongan anda menyakitkan hati saya, omongan anda membuat sodara-sodara nasrani saya marah.. semarah apa yang anda ucapkan soal agama saya.. itu penistaan bagi saya dan umat Nasrani.. anda tak jauh beda dengan PKI yang suka mengadu domba umat.. Iyah.. Saya Nasrani!!”

“Semakin tinggi nadanya, semakin merah padam mukanya, semakin aku remas pundaknya untuk menahan emosinya..,” begitu dia menulis sambil menegaskan Shomad masih hanya terdiam, tak bisa berkata apa-apa.

Ada juga surat terbuka yang dibuat atas nama anggota NU di pinggiran Kota Pontianak Kalbar. Isinya: “DGN HORMAT SAYA ADALAH PENGAGUM USTADZ…CERAMAH ILMIYYAH…DAN TIDAK MEMBOSANKAN DGN FAHAM ASYARIYYAH…DAN MADZHAB SYAFII YG TEGUH SEMOGA ALLOH MELINDUNGI KITA…
TAPI…UNTUK PENYEBUTAN KAFIR KEPADA SAUDARA SEBANGSA…MENYINGGUNG PERASAAN ORANG LAIN….MOHON DI TELAAH KEMBALI SURAT AL KAFIRUN ASBAABUN NUZULNYA… KAMI WARGA NAHDIYYIN LEBIH SUKA MENYEBUT SAUDARA SEBANGSA DENGAN DALIL PIAGAM MADINAH…,” tulisnya.

Ustadz Abdul Shomad sendiri belum memberikan penjelasan soal ini. Tetapi, dia sering memberikan klarifikasi atas tudingan orang yang, menurutnya sering salah paham. Sekedar contoh, adanya tuduhan bahwa Shomad menjadi penasehat HTI, padahal semua itu tidak benar. Waallahu’alam. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry