Tampak Cak Anam (sedang berbicara) dalam acara deklarasi PPKN di Gedung Astranawa, Sabtu (18/11/17). (FT/Syauqie Rusydi)

SURABAYA | duta.co – Dewan Kurator Museum NU, Drs H Choirul Anam mengaku bangga menyaksikan kader-kader muda NU bergerak cepat, ikut nyengkuyung (saling bantu) memperkuat implementasi khitthah-26 NU.

Menurut Cak Anam, panggilan akrabnya, banyak hal yang harus diluruskan demi kelangsungan NU ke depan. “Menurut hemat saya, kondisi NU sekarang sudah berbahaya. Kalau tidak cepat diingatkan, gerakan politik para pengruus NU itu semakin jauh dari pedoman politik NU yang dikenal dengan Sembilan Pedoman Berpolitik Warga NU,” katanya saat menghadiri deklarasi PPKN di Gedung Astranawa, Sabtu (18/11/2018).

Untuk penguatan khitthah NU, lanjut Cak Anam, memang diperlukan adanya wahana pergerakan yang kuat, yang mampu menyalurkan aspirasi dan menyatukan seluruh potensi untuk terlibat aktif dalam gerakan membumikan khitthah nahdliyah tersebut.

“Maka, dengan lahirnya PPKN ini, akan memberikan manfaat bagi warga NU, dan juga termasuk pengurus NU agar tidak main-main dalam menjalankan roda organisasi. Wadah ini harus bersifat terbuka bagi generasi NU Khitthah, semakin banyak yang terlibat semakin kokoh khitthah NU,” tambahnya.

Penulis buku Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama ini, kemudian menceritakan, betapa kiai-kiai NU dulu memikirkan nasib umat, nasib bangsa. Mereka pertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

“NU sendiri mengalami pasang surut. Tetapi, komitmen NU terhadap khitthah sebagai dasar pijak harus terjaga dengan baik, sekalipun NU pernah berubah bentuk menjadi organisasi politik. Bahkan setelah melakukan evaluasi mendalam terhadap peran dan langkahnya sebagai organisasi politik, maka, dalam muktamar ke-26 di Semarang NU memutuskan kembali ke khitthah. Kembali ke bentuk asalnya, yakni jam’iyah diniyah Islamiyah ijtima’iyah — organisasi sosial keagamaan Islam. Saya ikut menunggui keputusan tersebut,” jelasnya.

Nah, suatu ketika, lanjut Cak Anam, sebagai seorang jurnalis ia kemudian membuat catatan penting tentang sepak terjang NU ini, termasuk bagaimana peran politik yang harus diemban NU sebagai jam’iyah diniyah tersebut.

“Catatan itu kemudian dibaca Kiai Saifuddin Zuhri, Sekjen PBNU. Saat itu pula, beliau memanggil saya, dan minta saya aktif mengawal khitthah NU, beliau lalu berdoa agar saya diberi umur panjang oleh Allah swt. Sampai sekarang pesan beliau ini masih ‘terngiang-ngiang’ di telinga saya,” jelasnya. (mk)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry