Pengambilan sumpah mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) Calon Guru Unusa, Kamis (20/8/2015). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co  – Sebanyak 136 mahasiswa program pendidikan profesi guru (PPG) calon guru atau prajabatan mengikuti yudisium dan sumpah, Kamis (20/8/2025).

Mereka yang menjalani proses itu adalah PPG gelombang 2 Tahun 2024 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Unusa menjalankan dua Program PPG, Calon Guru dan Guru Tertentu. Yang membedakan keduanya adalah dari asal peserta. PPG Calon Guru (Pra Jabatan) berasal dari Lulusan S1/D4 kependidikan maupun non-kependidikan yang belum menjadi guru tetap.

Ini bertujuan untuk mempersiapkan calon guru agar memiliki sertifikat pendidik sebelum masuk ke sekolah dengan lama studi dua semester atau setahun, berupa kuliah, praktik mengajar, dan ujian kompetensi, lulus mendapat sertifikat pendidik untuk digunakan melamar menjadi guru PNS/PPPK.

Sedang PPG Guru Tertentu (Dalam Jabatan) peserta berasal dari guru yang sudah mengajar (ASN/Non ASN) dan sudah tercatat di Dapodik. Program ini  bertujuan memberikan sertifikat pendidik kepada guru yang sudah aktif mengajar tapi belum tersertifikasi dengan lama studi lebih singkat satu semester), dikarenakan guru sudah punya pengalaman mengajar, lulus mendapat sertifikat pendidik yang digunakan untuk mendapatkan tunjangan profesi guru (TPG).

Rektor Unusa, Prof. Dr Ir Achmad Jazidie, MEng menegaskan bahwa perkembangan teknologi digital harus dipandang sebagai tantangan sekaligus peluang oleh para pendidik.

Teknologi digital memang menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam proses pembelajaran. Tantangan ini harus dihadapi dengan bijak agar media pembelajaran yang digunakan benar-benar bermanfaat dan memberikan dampak jangka panjang bagi peserta didik,” ujar Prof  Jazidie.

Ia menekankan bahwa guru tidak bisa serta-merta menyalahkan murid dalam menghadapi perkembangan zaman. Kita tidak bisa menyalahkan murid. Justru guru yang harus bisa menerima kondisi tersebut dan mengarahkannya dengan tepat,” tambahnya.

Lebih lanjut, Prof Jazidie menyoroti peran penting guru di tengah hadirnya kecerdasan buatan (AI). AI memang mampu menghadirkan pengetahuan dengan cepat dan mudah, tetapi AI tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam berinovasi, berempati, dan membangun karakter,” jelasnya.

Karena itu, ia menegaskan guru dituntut untuk tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter peserta didik. Tantangan terbesar guru saat ini adalah bagaimana mendidik murid agar terbiasa berempati, mudah memberikan pertolongan, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

Nilai-nilai inilah yang harus dibangun sejak dini, sehingga perkembangan teknologi tidak menggerus karakter, tetapi justru memperkuat kualitas generasi penerus, pungkasnya. ril/lis

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry