Peserta pelatihan Pekerti yang digelar Untag Surabaya, Senin (23/8/2021). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co — Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya terpilih menjadi salah satu dari 57 perguruan tinggi di Indonesia yang ditunjuk jadi pelaksana resmi pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti).

Dan Senin (23/8/2021), Untag Surabaya menggelar pelatihan Pekerti secara daring yang diikuti 125 dosen. Pelatihan yang digelar selama lima hari mulai 23 — 27 Agustus 2021 itu dibuka secara resmi oleh Rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho.

“Mudah-mudahan amanah dari Kemdikbudristek ini kita bisa menyelenggarakan dengan sebaik-baiknya,” kata Prof Nugroho.

Dikatakan Prof Mulyanto, dosen sebagai salah satu sumber daya manusia (SDM) di lingkungan Perguruan Tinggi memegang peranan penting dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Program Pekerti menjadi upaya agar para dosen bisa meningkatkan kompetensi profesional dosen dalam memangku jabatan fungsional terutama dalam peningkatan keterampilan atau kemampuan ilmu pendidikan yang dimiliki. Dosen akan dibekali keterampilan mengajar yang baik dan benar sekaligus sesuai tuntutan zaman.

Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur, ProfSuprapto menekankan pentingnya dukungan IT dan Learning Management System (LMS) yang baik dari pelaksana kegiatan.

“Karena ini menyangkut kelulusan peserta. Tidak hanya hadir saja tapi tidak dapat substansi. Bukan itu tujuannya,” jelasnya.

Selain itu, pelatihan Pekerti menjadi sarana yang sangat penting untuk dosen dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Dia menegaskan agar peserta fokus mengikuti acara dan menyelesaikan penugasan dengan baik.

“Merupakan tugas dosen menjadikan mahasiswa yang kompeten dibidangnya. Materi yang diajarkan bisa jadi bagus, tapi kalau metode pembelajarannya tidak bagus maka akan meleset sampai mahasiswa. Dengan begitu, peserta pelatihan nantinya mampu menjadi dosen professional,” tukasnya.

Materi Pelatihan Pekerti disampaikan oleh narasumber yang pakar di bidangnya, yaitu Prof Tatik Suryani dari STIE Perbanas Surabaya, Prof Dyah Sawitri dari Universitas Gajayana Malang, Prof Achmadi Susilo dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. ril/hms/end