PEMANGKU  ADAT : Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri Bakri MSi (tengah berkopyah) bersama Dekan FIA Unisma dan Pemangku adat Kutai, dengan latar belakang ratusan mahasiswa FIA. (duta/dedik ahmad)

MALANG  | duta.co – Universitas Islam Malang (Unisma) rencananya mendapat hibah lahan dari pemangku adat Kerajaan Kutai Kertanegara Kalimatan Timur. Seperti yang diwacanakan oleh Presiden RI Joko Widodo, Ibu kota Negara akan dipindah ke Kalimantan Timur.

Pihak pemangku adat merasa perlu keberadaan kampus ini, lantaran dirasa Unisma dapat meningkatkan SDM dan kesejahteraan masyarakat disana. Hal diatas disampaikan Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri Bakri MSi saat membuka seminar nasional mengambil tema ‘Refleksi Wacana Pemindahan Ibukota Republik Indonesia dalam Optimalisasi Pembangunan Nasional. Solusi atau Masalah ?’.

Seminar digelar di Hall KH Abdurahman Wahid, Gedung Pasca Sarjana lantai 7 diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Adminitrasi Publik didukung Fakultas Ilmu Adminitrasi (FIA) Unisma .

“Alhamdulillah Unisma mendapat hibah lahan di lingkungan kerajaan Kutai Mulawarman. Wacananya, akan kami bangun kampus III di Kutai Kalimantan. Karena hanya dengan ilmu, peradaban manusia ini dibangun. Pemindahan Ibukota merupakan pemikiran yg maju. Maka kampus kebanggaan NU ini juga harus berekspansi untuk meningkatkan kesejahteraan yang merata,” ungkap Prof Maskuri.

Diakui pula oleh orang nomer satu di Unisma ini, bahwa kampusnya saat ini dihuni oleh 16 ribu mahasiswa, dengan 450 dosen.  Enam Belas orang diantaranya merupakan Guru Besar yang sudah bertitel Profesor. Serta di Universitas ini telah ada 100 doktor, bahkan sejumlah 125 dosen sudah mengajukan gelar Doktor.

“Dengan jumlah populasi warga kampus Unisma ini yang semakin meningkat. Sudah waktunya memang untuk berekspansi. Kami pun sudah dalam taraf pembangunan kampus II yang luasnya sementara 75 Hektar, rencananya kami akan menambah 25 hektar lagi. Hingga total luas untuk lahan kampus II kurang lebih 100 Hektar,” imbuh Prof Maskuri.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan FIA Unisma, Dr Rini Rahayu Hariyati MSi, mengungkapkan bahwa memandang pemindahan Ibukota Negara ke Kutai Kertanegara, merupakan solusi. Pasalnya, proses pembangunan di Indonesia akan berjalan merata. Adanya studi kelayakan, memetakan potensi dan peluang yang ada. Hingga nantinya bisa dicermati sumber dana dan SDM yang ada disana.

“Jadi pembangunan tidak hanya Jawa centris, pembangunan akan lebih merata. Ini sebagai solusi pemerataan pembangunan. Nanti hasil dari semoinar ini di notulenkan yang hasilnya dapat sebagai masukan pertimbangan ke Bapenas,” ungkap Rini Rahayu.

Dalam kontek pembelajaran bagi mahasiswa FIA Unisma, seminar ini juga sebagai sarana mendulang ilmu dengan menyoroti Pelayanan public. Dimana komitmen awal dari pemindahan Ibukota ini agar dapat melayani masyarakat sebaik-baiknya dan lebih optimal lagi.

“Kalimantan menurut analisa jauh dari gempa bumi dan relatif aman dari bencana alam lain. Seminar ini juga sebagai bentuk kontribusi Unisma dalam menyumbang pemikiran terhadap pembangunan Negara,” tandas Dekan FIA Unisma ini.

Dalam event ini tak kurang dari 600 mahasiswa FIA Unisma antusias mengikuti seminar. Diharapkan mereka pun peduli terhadap progres Indonesia kedepan. Turut hadir dalam acara ini dari akademisi, Prof Unti Ludigdo, Guru Besar Fakuktas Ilmu Pemerintahan. Dari Bappenas, Drs Sri Bagus Ak MSc CA sebagai Direkutur Kerjasama Pemerintah Swasta Rancang Bangun,  dan MSPA Iansyarechza FW sebagai pemangku adat Kutai.dah