SEMANGAT : Suwaji saat memotong kayu dengan menggunakan gergaji yang digerakkan oleh dinamo. Miniatur meubel waktu dipolitur. (duta.co/agus)

NGANJUK | duta.co- Ditengah persaingan usaha, seseorang harus pandai berinovasi sehingga usahanya tetap berjalan. Contohnya, membuat kerajinan tangan yang masih jarang di pasaran. Seperti usaha yang saat ini digeluti oleh Suwaji (50) warga Desa Jatirejo Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk.

Berawal dari iseng membuat kerajinan tangan, dia mencoba berinovasi dengan bahan limbah kayu dan kain. Diluar dugaan, dari ketekunan itu kini dia berhasil meraup keuntungan jutaan rupiah setiap bulannya dari kreatifitasnya membuat miniatur mebeler.

“Awalnya saya cuma iseng bikin kerajinan tangan berupa miniatur mebel, waktu saya pajang di ruang tamu, ada teman dari Jakarta datang, lalu miniatur meja kursi yang saya buat itu dibawa pulang, katanya untuk contoh. Dari situ akhirnya dapat pesanan dari orang Jepang,” kata Suwaji saat berbincang dengan pewarta media ini Kamis (07/09/2017)

Jika diamati, memang tidak berbeda dari beragam jenis mebel, mulai dari meja kursi, tempat tidur, almari, bufet dan beberapa jenis mebel yang lain. Perbedaannya, untuk setiap jenis miniatur mebel yang dihasilkan, membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pengerjaannya. Tentunya tergantung dari bentuk dan tingkat kesulitan masing-masing.

“Ada empat orang yang membantu saya dalam mengerjakan miniatur mebel ini,” ungkap Suwaji.

Dengan menggunakan peralatan sederhana, seperti gambar pola, gunting, penjepit, pisau, tang, kikir, gergaji kecil dan bahan baku dari limbah kayu, lem, paku dan kain, proses pembuatannya terlihat mudah. Namun dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. “Kuncinya harus sabar, teliti dan telaten,” papar Suwaji.

Untuk proses pembuatannya, lanjut Suwaji, pertama-tama limbah kayu dibentuk sesuai gambar pola dan dipotong-potong dengan gergaji kecil yang digerakkan oleh mesin dinamo. Kemudian masing-masing motif yang sudah digergaji tadi digabungkan lalu dilem dan dipaku.

“Kita gunakan lem sebagai perekat dan paku untuk menyesuaikan dengan aslinya agar tidak terlihat lubang-lubang pada sambungannya,” terangnya.

Setelah miniatur mebel terbentuk, kata Suwaji lagi, baru proses penghalusan dengan cara diampelas lalu disatukan dengan menggunakan penjepit sebagai pengikat agar tidak lepas. Sehingga menghasilkan miniatur mebel seperti yang diinginkan, tentunya sesuai keinginan pemesan. “Untuk penggabungannya hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit,” terang Suwaji.

Memasuki tahap akhir atau finishing, miniatur mebel yang sudah terbentuk tadi diampelas ulang untuk memperhalus sebelum diwarnai dengan politur agar terlihat rapi. Sebelum dilakukan pewarnaan, dilakukan proses penyortiran. Sehingga barang yang akan dipolitur benar-benar berkualitas.

“Setelah dipolitur,  kain kita pasang sebagai alas tempat duduk, barulah karya seni ini layak untuk dijual,” beber Suwaji.

Dari usaha itu, Suwaji dapat meraup jutaan rupiah di setiap bulannya. Rata-rata, miniatur mebel jenis meja kursi yang banyak dipesan. Bahkan, hasil karyanya ini bisa tembus ke manca negara, seperti Korea, China, Hongkong dan negara-negara Asia, termasuk Malaysia, Brunei, Singapura dan lain-lain. “Saya baru saja dapat pesanan ratusan set jenis meja kursi dari orang Korea,” katanya.

Harga yang ditawarkanpun relatif terjangkau dan yang pasti sesuai dengan jenis miniaturnya serta besar kecilnya dan tingkat kesulitan pembuatannya. Harga dipatok mulai Rp 20.000 hingga ratusan ribu rupiah. Selain untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya, usaha Suwaji juga memberikan lapangan kerja lingkungan sekitar tempat tinggalnya, “Kami berencana akan menambah karyawan lagi,” pungkasnya (agk)

 

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry