SURABAYA | duta.co – Pertama kali di Indonesia, ada Pilgub jagonya sama-sama nahdliyin. Model kampanyenya pun menarik, perang syair. Hampir semua yang ‘terlibat perang’ bersemangat, setidaknya dengan perang syair ini bisa menghindari politisasi ayat Alquran.

“Sama-sama NU, adu syair lebih bagus. Taqoddam anta ya Dardak, fainnaka markhumun, birahmati robbik ma lam takun tatajab, (maju teruslah kamu, wahai Emil Dardak, sungguh kamu akan mendapat rahmat dari Tuhanmu, selagi kamu tidak berbangga diri, ujub),” demikian bunyi syair karya KH Afifuddin Muhajir pengarang buku ‘Fiqh Tata Negara’ yang beredar di media sosial, Selasa (16/1/2018).

Tak hanya itu, syair berikutnya tak kalah menarik. Khofifatun kaasyamsi, hum kawakib, idz tholaat lam yabdu min hunna kaukab (Khofifah itu bagaikan matahari, sementara mereka bagaikan bintang-bintang. Bila matahari terbit, maka, reduplah bintang-bintang tersebut).

Syair para pendukung Khofifah-Emil ini menyebar ke berbagai grup whatsApp nahdliyin. Pendukung Gus Ipul tak mau kalah. Mereka membuat syair yang sama.

“Memangnya gak ada bait syair untuk mendukung Gus Ipul, ya adalah! Wa man lam yamut bisyaif mata bi ghoirihi, taaddadat al asbab wal mautu wahid (lawan yang tak bisa kalah dengan Gus Ipul langsung, akan kalah dengan faktor lain),” tulis pendukung Gus Ipul bersemangat.

Pendukung Gus Ipul agak kewalahan, alasannya karena namanya sulit dipaskan dalam wazan syair, maka, dirangkai ala kadarnya. “Berarti satu kosong, fair kan,” celetuk anggota grup NU. (sov)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry