Kapolri Jenderal Tito Karnavian (IST)

 JAKARTA | duta.co – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut kasus ‘teror Novel’ sulit untuk diungkap. Pasalnya iInformasi soal ciri-ciri pelaku terbilang minim. Karenanya dalam menangani kasus yang identitas pelakunya tidak diketahui, penyidik membutuhkan faktor keberuntungan.

“Mudah-mudahan saja bisa terungkap, faktor keberuntungan sangat penting,” kata Tito di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (6/5/2017).

Ia menambahkan ada dua metode yang ditempuh polisi dalam menangani kasus tersebut. Metode pertama ialah induktif dengan melakukan penyelidikan mulai tempat kejadian perkara (TKP) hingga mengumpulkan bukti di lokasi kejadian.

“Metode induktif bergerak dari TKP berusaha mengembangkan ke luar. Kemudian dilakukan pengumpulan bukti. Itu mulai dari menyisir jejak pelaku, menyita CCTV, juga meminta keterangan saksi,” ujar mantan Kepala Densus 88 Mabes Polri itu.

Metode kedua ialah deduktif. Lewat metode itu, polisi menggali siapa saja yang berpotensi punya konflik dengan korban. Konflik bisa terkait dengan masalah pribadi atau institusi. “Mencari siapa-siapa berpotensi konflik dengan korban. Kita dalami,” lanjut dia.

Seperti diketahui, penyyiraman yang menimpa penyidik senior KPK Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017 silam. Ketika itu, Novel pulang seusai salat Subuh di Masjid Al-Ihsan, dekat rumahnya. Ia mengalami luka di wajah dan mata. Sehari setelah kejadian, keluarga membawa Novel ke Singapura.

Dua orang yang sempat diamankan Polda Metro Jaya karena tertangkap kamera pengintai sebulan sebelum kejadian kerap mondar-mandir di sekitar rumah Noveladalah informan polisi yang sedang menyelidiki kasus. net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry