SURABAYA | duta.co  – Sebagai universitas negeri yang berhasil mencetak lulusan terbaik di negeri ini, membuat Universitas Airlangga (Unair) diserbu para peminat.

Banyak di antara mereka yang menginginkan bisa masuk ke kampus ini walau dengan cara yang salah.

Karena itu, pihak Unair merasa perlu untuk melakukan sosialisasi terkait jalur penerimaan masuk untuk mahasiswa baru yakni Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019.

Sosialisasi dilakukan di Aula Garuda Mukti kantor manajemen kampus C Unair, Senin (11/2).

Sebanyak 310 kepala sekolah menengah atas (SMA) sederajad dan atau yang mewakili hadir dalam acara ini.

Salah satu yang disosilisasikan pihak Unair adalah penambahan kuota mahasiswa baru pada 2019 ini.

“Jadi tidak perlu takut tidak bisa masuk Unair. Kita akan tambah kuota maba di tahun ini,” ungkap Rektor Prof. Nasih.

Penambahan maba di tahun ini sebanyak 360 mahasiswa. Jika sebelumnya Unair menerima maba 5.125 mahasiswa, tahun ini bertambah menjadi 5.485 mahasiswa.

Klasifikasinya, jalur SNMPTN sebanyak 1.650, jalur SBMPTN sebanyak 2.195 dan 1.640 lainnya untuk jalur Mandiri.

Program studi S1 yang mengalami kenaikan kuota yaitu dari Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Hukum, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan beberapa prodi teknik.

“Kita imbangi semua dengan sarana dan prasana yang ada. Fakultas Kedokteran Gigi misalnya, sarprasnya memenuhi untuk menambah mahasiswa, maka kita tambah kuotanya. Begitu pun yang lain. Selain karena sarpras bisa karena peminat. Kalau karena peminat, maka sarprasnya akan kita tambah juga,” jelas Nasih.

Menilai Indek Sekolah

Untuk tahun ini, komponen penilaian SBMPTN adalah berasal dari indeks siswa dan indeks sekolah.

Dari indeks sekolah tersebut, ditentukan daya tampung untuk setiap program studi.

Sementara untuk indeks siswa, sepenuhnya dihitung oleh penilaian panitia pusat, dalam hal ini Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT).

Yang dinilai pertama untuk jalur SBMPTN adalah indeks sekolah. Yakni hasil ujian tulis yang berasal dari SMA masing-masing. Sehingga, nilai SBMPTN siswa masing-masing sekolah sangat mempengaruhi indeks sekolah.

Meskipun nilai siswa yang bersangkutan tinggi, tetapi tidak masuk dalam batasan tertentu untuk sekolahnya, bisa jadi siswa tersebut tidak diterima.

Misalnya, kuota untuk sekolah A yang bisa diterima di Fakultas Kedokteran adalah satu siswa.

Maka yang harus mendaftar adalah yang rangking satu. Kalau yang rangking satu tidak mendaftar dan yang mendaftar yang rangking dua atau tiga, maka Unair tetap tidak akan menerima pendaftar itu, walau anak itu termasuk yang terbaik di sekolah.

“Kalau misalnya kuota di sekolah B ada lima siswa yang bisa masuk ke FK, maka yang harus mendaftar idealnya rangking satu hingga lima. Tapi kalau ada misalnya rangking dua, tiga, tujuh, sembilan dan sepuluh  serta seterusnya, maka kita akan menerima lima anak saja yang rangkingnya teratas,” jelas Prof Nasih.

Selain itu, Prof Nasih berpesan agar siswa yang memiliki prestasi luar biasa khususnya bidang sains, misalnya olimpiade, agar dicantumkan saat pendaftaran. Sebab, prestasi akademik siswa berbentuk sertifikat tersebut akan menjadi bahan pertimbangan Unair.

Yang tak kalah penting adalah pada jalur SBMPTN, wawasan kebangsaan siswa yang bersangkutan akan menjadi bahan pertimbangan penilaian. Wawasan kebangsaan ini dinilai dari esai yang dibuat oleh siswa bersangkutan.

Prof Nasih mengatakan, esai ini dalam rangka menjaring terkait masalah ideologi, termasuk wawasan kebangsaan siswa bersangkutan. Sebab yang akan masuk perguruan tinggi harapannya bermanfaat sebaik-baiknya untuk Indonesia.

Artinya, tidak selalu yang nilainya baik, pasti akan diterima. Penilaian esai dilakukan oleh masing-masing perguruan tinggi.

Ditegaskan Rektor bahwa Unair menerima bukan hanya mahasiswa yang otaknya cerdas, namun juga hatinya kepada NKRI. “Sehingga nilai wawasan kebangsaan akan kita pertimbangkan,” terang Rektor. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry