Tim dosen dan mahasiswa FEB Unair bersama para pelaku UMKM gerabah di Mlaten, Mojokerto usai edukasi tentang branding, teknologi dan keuangan. DUTA/ist
MOJOKERTO | duta.co – Dosen dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) melalui Skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) terus memperluas kontribusinya dalam pemberdayaan masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas usaha para UMKM di wilayah pedesaan.
Salah satu bentuk nyata kontribusi tersebut diwujudkan melalui program bertajuk “Pemberdayaan UMKM Gerabah di Desa Mlaten Mojokerto melalui Personal dan Product Branding serta Pengelolaan Keuangan Bisnis”.
Program pengabdian masyakat ini dipimpin Dr Dien Mardhiyah  dengan anggota tim Prof Dr Sri Hartini dan Prof Dr. Imron Mawardi  serta mahasiswa S1 Manajemen FEB Unair, Radika Bahtiar dan Annisa Wulandari.
Fokus utama kegiatan ini adalah memberikan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan kepada para pengrajin gerabah di Desa Mlaten dalam dua bidang yaitu branding usaha (product dan personal branding) dan pengelolaan keuangan.
Potensi Tradisional yang Belum Tergarap Optimal
Desa Mlaten di Kabupaten Mojokerto dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah. Saat ini, sekitar 50 pengrajin masih aktif memproduksi gerabah dengan nilai seni dan fungsionalitas tinggi. Namun, sebagian besar pelaku usaha belum menerapkan strategi pemasaran modern maupun pencatatan keuangan yang rapi.
Pencatatan keuangan yang rapi merupakan hal yang penting terutama saat pengajuan pendanaan mengingat permodalan menjadi masalah utama bagi para pengrajin. Produk tanpa merek, kemasan seadanya, dan pengelolaan keuangan usaha yang bercampur dengan keuangan pribadi masih menjadi tantangan umum.
Melihat kondisi tersebut, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Airlangga merancang sebuah program sistematis yang terdiri dari tiga sesi pelatihan dan tiga sesi pendampingan langsung di lapangan.
Pelatihan pertama diselenggarakan pada 15 Juni 2025 difokuskan pada penguatan personal branding dan product branding bagi para pengrajin gerabah di Desa Mlaten. Dalam kegiatan ini, para peserta diberikan pemahaman mengenai pentingnya membangun identitas usaha yang khas dan berkarakter, sehingga produk yang mereka hasilkan tidak hanya mudah dikenali, tetapi juga memiliki nilai jual yang lebih kompetitif.
Para pengrajin diajak untuk menyadari bahwa nama merek, logo, dan kemasan bukan sekadar pelengkap visual, melainkan komponen penting dalam strategi pemasaran yang dapat memperkuat posisi produk mereka di tengah persaingan pasar. Bagi banyak pengrajin, sesi ini menjadi pengalaman baru yang membuka wawasan, sekaligus menjadi titik awal untuk mulai membangun usaha dengan cara yang lebih profesional dan strategis.
“Selama ini saya hanya menamai produk sesuai jenisnya saja. Ternyata punya nama merek yang unik bisa bikin pembeli lebih ingat,” ujar salah satu pengrajin yang ikut pelatihan.
Tidak hanya berhenti pada sesi pelatihan, tim pengabdian Universitas Airlangga juga melanjutkan kegiatan dengan pendampingan langsung kepada para pengrajin dalam proses pembuatan nama produk (brand) yang unik dan mudah diingat oleh masyarakat.
Pendampingan ini dilakukan secara personal dan praktis, di mana setiap pengrajin dibimbing untuk mengeksplorasi ide-ide nama yang mencerminkan karakter produk serta nilai lokal yang mereka miliki. Tujuannya untuk menciptakan identitas merek yang kuat dan autentik, yang mampu membedakan produk mereka dari pesaing di pasar.
Dalam proses tersebut, tim juga memperkenalkan penggunaan teknologi kecerdasan buatan, yakni ChatGPT, sebagai alat bantu kreatif dalam mengembangkan usaha. Para pengrajin diajarkan cara memanfaatkan ChatGPT untuk menghasilkan ide nama brand, mendesain logo sederhana, serta menyusun strategi pemasaran digital yang sesuai dengan target pasar mereka.
Teknologi yang sebelumnya terasa asing dan jauh dari kehidupan mereka, kini mulai dipahami dan bahkan digunakan sebagai ‘asisten pribadi’ dalam menjalankan bisnis. Melalui pendekatan ini, para pengrajin tidak hanya dibekali keterampilan teknis, tetapi juga diberdayakan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman secara mandiri dan inovatif.
Selain pelatihan branding, kegiatan pengabdian masyarakat ini juga berfokus pada bidang keuangan. Tim menghadirkan perwakilan dari Bank UMKM Jawa Timur dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Mojokerto, yang memberikan sosialisasi mengenai opsi pendanaan dan pembiayaan usaha kecil. Informasi ini membuka wawasan baru bagi pengrajin yang selama ini hanya mengandalkan modal pribadi untuk mengembangkan usaha.
“Kami tidak hanya ingin memberi pelatihan teknis, tapi juga membuka akses bagi para pelaku usaha agar mereka bisa berkembang dengan dukungan kelembagaan,” jelas Dr DienPelatihan Keuangan: Pisahkan Uang Usaha dan Pribadi
Agar bisa mengakses pendanaan, UMKM perlu memiliki arus kas dan pencatatan keuangan yang tertib. Karena itu, pada 13 Juli 2025 diadakan pelatihan manajemen keuangan dengan fokus pada pengelolaan kas, persediaan, dan modal kerja.
Peserta dibekali pemahaman tentang pentingnya pencatatan keuangan secara rutin, termasuk pemisahan antara keuangan pribadi dan usaha yang sering menjadi masalah di kalangan pelaku UMKM.
Untuk mempermudah praktiknya, sesi pendampingan dihadirkan perusahaan teknologi keuangan Kasir Pintar, yang membimbing pengrajin dalam penggunaan aplikasi pencatatan digital. Diharapkan, aplikasi ini membantu pelaku usaha mengelola keuangan secara lebih mudah, cepat, dan akurat.
“Kami ingin pengrajin gerabah di Mlaten tidak hanya unggul dari sisi produk, tapi juga kuat dalam strategi bisnis. Branding yang baik dan pencatatan keuangan yang rapi adalah fondasi penting untuk UMKM yang berkelanjutan,” terang Dr Dien.
Pelatihan ketiga akan difokuskan pada peningkatan profesionalisme usaha, khususnya dalam mempersiapkan pengajuan pendanaan. Para peserta akan diajarkan mengenai alur proses produksi (SOP), syarat, serta dokumen yang dibutuhkan untuk mengakses pembiayaan dari berbagai lembaga. Pendampingan akan dilakukan secara intensif untuk memastikan pengrajin siap secara administrasi dan strategi.
Dengan pendekatan kolaboratif antara akademisi, teknologi, dan masyarakat, program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan UMKM berbasis lokal yang berkelanjutan. Tradisi gerabah Mlaten tidak hanya terus hidup, tapi juga berkembang seiring kemajuan zaman. ril/lis
Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry