bendera NU raksasa seluas 240 m persegi lebih, atau tepatnya berukuran 40,20m x 60,14m yang, kalau ditimbang sekitar 600 kg atau 6 kwintal. (FT/NUO)

MATARAM | duta.co – Presiden Republik Indonesia, Ir H Joko Widodo, Kamis, (23/11/2017) memberikan amanat sekaligus membuka Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2017 di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Islamic Center Kota Mataram.

Sebelumnya digelar pawai ta’aruf dihadiri belasan ribu nahdliyin, mereka berjalan dari Islamic Center menuju lapangan Sangkareang sejauh 1 km. Dalam pawai itu berkibar bendera NU raksasa seluas 240 m persegi lebih, atau tepatnya berukuran 40,20m x 60,14m yang, kalau ditimbang sekitar 600 kg atau 6 kwintal.

Menurut salah seorang panitia, Muhammad Hirjan, bendera NU raksasa itu diusulkan Sekretaris Jenderal PBNU H Helmy Faishal Zaini dalam beberapa kali pada Rapat Koordinasi Panitia Daerah.

“Karena dulu ada Munas NU di NTB tahun 1997. Nah, pada Munas dan Konbes ini harus ada yang berbeda, tidak hanya tempat, jika dulu di Bagu, sekarang harus ada tempat baru. Selain itu, harus ada yang baru juga,” jelas Hirjan sebagaimana ditulis nuonline.

Usul pembuatan bendera raksasa itu, lanjutnya, diterima Panitia Daerah dengan pelaksananya pada anggota Angkatan Muda Nahdlatul Ulama (AMNU) NTB. “Bendera raksasa itu pembeda Munas dan Konbes NU hari ini dengan 20 tahun lalu,” katanya.

Juga sebagai simbol kebesaran NU, sebagai ormas terbesar di Indonesia dan dunia dengan jamaah 92 juta orang.  “Kita merespon gagasan bendera raksasa itu sebagai suatu bentuk gambaran kebesaran NU,” tambahnya.

Bendera ini kemudian mendapat anugerah dari Museum Rekor Dunia (MURI) Indonesia sebagai bendera NU terbesar. Sebelumnya ada bendera NU raksasa di Unisma Malang, mengalahkan bendera Tagana di Balikpapan sebesar 25mx 35m.

Di tengah hiruk pikuk bendera raksasa itu, ada yang tak boleh dilupakan ketika berbicara soal kebesaran NU NTB. Adalah sosok Tuan Guru Faisal (Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) dan Tuan Guru Zainuddin (Pimpinan Nahdlatul  Wathan). Keduanya telah ditulis secara gamblang oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 21 tahun lalu (1996) di harian Kompas.

Menurut Gus Dur, di NTB ada dua figur ulama besar yang sangat  menonjol dan berpengaruh. Adalah Tuan Guru Zainuddin dan Tuan Guru Faisal. Tuan Guru Faisal wafat dalam usia 70 lalu di Lombok.

“Saya ingin mengenangnya berkenaan dengan pribadinya yang sangat  menarik. Ternyata Tuan Guru, untuk menunjukkan rasa cinta pada organisasi, harus menempuh jalan yang berliku-liku,” tulis Gus Dur. (bersambung)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry