MALANG | duta.co – Universitas Islam Negeri (UIN) Malang menjadi tuan rumah Forum Asosiasi Dosen Ilmu-ilmu Adab (ADIA) se Indonesia. Rangkaian acara itu juga diisi dengan konferensi Internasional bahasa, sastra dan media.
Menurut Rektor UlN Malang Prof Dr HM Zainuddin MA bahwa forum seperti ini sangat penting dilakukan, apalagi menyangkut tiga hal yakni bahasa, sastra dan media. Ketiga hal itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan hal lain. Dalam era yang dihadapkan pada internet of think ini mendorong mengungkapkan bahasa itu dengan baik santun dan yang bisa diterima oleh masyarakat.
“Dalam Alquran mengajarkan jika berbicara harus yang baik, artinya ucapannya lembut dan tidak menyakiti. Namun di era seperti ini, berbagai permasalahan muncul mulai hoaks hingga ujaran kebencian bersumber dari bahasa,” ungkap Prof Zainuddin, Rabu (15/9/2021).
Menurut Rektor kampus berjuluk Ulul Albab ini, permasalahan diatas harus segera diatasi. Lewat forum ADIA, ia berharap adanya diskusikan tentang cara memakai bahasa yang baik. Para ahli bahasa dan sastrawan terbiasa menggunakan bahasa yang baik, demikian pula dengan media yang memiliki peran yang sangat besar dalam membangun citra Indonesia.
AICOLLIM 3rd kali ini digelar selama dua hari dan diikuti lebih dari 200 peserta dosen dan mahasiswa. Pembicara diantaranya Prof. Dr. H. M. Ali Ramdhani dari Director General of Islamic Education Ministry of Religious Affairs, Republic of Indonesia, Alistair Welsh, Ph.D. dari Deakin University, Australia, Prof. Sylvia Tiwon, Ph.D. dari University of California, Berkeley California, Azhar Ibrahim Alwee, Ph.D. dari National University of Singapore Singapore.
Juga ada pembicara lain seperti Prof. Dr. Moustafa M. Rizk Elsawahly dari Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam/ Al-Azhar University, Egypt, Dr. Akhmad Muzakki dari UIN Malang, dan Prof. Dr. Mudjia Rahardjo dari kampus ini juga.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Humaniora Dr M Faisal MAg menyampaikan rasa optimis dengan diadakannya forum diskusi ini dapat memunculkan gagasa-gagasan kreatif guna menyambut revolusi industri 5.0. Hal tersebut sebagai upaya membentuk kekuatan, menggali gagasan dan membangun networking seluas-luasnya.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Prof Dr Suyitno MAg memaparkan kegiatan ini harus terus dikawal, sebagai bagian dari tradisi akademik yang sangat relevan dengan kebutuhan mman. Mengingat, kalian yang dibahas dalam humaniora terus berubah dalam perkembangan zaman. Tentu ADIA harus responsif dengan perubahan itu. (ADV/dah)