PROBOLINGGO | duta.co – Taman Margasatwa Ragunan (TMR) kini memiliki program Waste to Energy (WTE) dan Learning Center yang memungkinkan mereka untuk mengatasi limbah organik, terutama kotoran hewan, dengan lebih efisien.
Kerjasama antara TMR dan PT Paiton Energy telah menciptakan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan limbah.
Sebelum program ini, TMR hanya mengelola limbah dengan cara membuat kompos. Namun, terbatasnya lahan dan sumber daya menjadi kendala.
Dengan proyek Waste to Energy CSR, PT Paiton Energy memasang delapan mesin biodigester yang mengubah kotoran hewan dan sampah organik menjadi biogas yang dapat menggerakkan mesin pembangkit listrik.
PLTSa Biogas di TMR sekarang dikelola secara mandiri oleh tim TMR, mampu mengolah hingga dua ton limbah sampah organik dan kotoran hewan per hari, menghasilkan 234 kWh listrik.
Listrik ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan WTE dan Learning Center, serta sebagai sumber daya untuk taman itu sendiri.
Selain menghasilkan listrik, mesin biodigester juga memproduksi pupuk padat dan pupuk cair organik yang sangat bermanfaat untuk pertanian.
Ini merupakan contoh nyata bagaimana pengelolaan limbah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi limbah dan menciptakan produk yang berguna.
Namun, manfaatnya tidak berhenti di situ. Proyek ini juga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari tumpukan sampah.
Metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) adalah dua gas berbahaya yang dilepaskan oleh tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dengan mengubah limbah organik menjadi biogas, program ini membantu mengurangi dampak negatif ini terhadap lingkungan dan perubahan iklim.
Proyek Waste to Energy ini bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh PT Paiton Energy. Sebelumnya, mereka telah meluncurkan program serupa di Universitas Indonesia pada akhir 2021.
Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dan menjaga lingkungan.
Presiden Direktur PT Paiton Energy, Koichiro Miyazaki, menyatakan, proyek ini adalah contoh nyata kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam upaya mengurangi emisi karbon secara berkelanjutan.
“Selain itu, program ini juga membantu mengatasi masalah serius limbah organik yang berkontribusi terhadap perubahan iklim,” ujar Miyazaki.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Bayu Meghantara, menyebut TMR sebagai proyek percontohan dalam pengelolaan limbah organik.
Awalnya, mereka hanya membuat kompos, tetapi sekarang telah berhasil menghasilkan energi ramah lingkungan berupa biogas dan listrik.
“Ini adalah bukti kesuksesan dari kerja sama antara pemerintah dan swasta dalam mengembangkan sumber energi yang berkelanjutan,” tutur Bayu.
Kepala Unit Pengelola TMR, Endah Rumiyati, menegaskan bahwa misi mereka sejalan dengan PT Paiton Energy, yaitu menjadikan limbah organik menjadi produk yang bermanfaat untuk alam.
“Dengan mengubah limbah menjadi energi dan pupuk organik, mereka telah menciptakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan,” jelas Endah.
Paiton Energy telah berkomitmen untuk terus meningkatkan dampak positif mereka terhadap lingkungan melalui praktik bisnis yang berkelanjutan dan inisiatif peningkatan kinerja lingkungan yang berkelanjutan.
Proyek ini adalah bagian dari Program Paiton bErsiNERGY yang menunjukkan bahwa bisnis dan keberlanjutan lingkungan bisa berjalan seiring.
Dengan menggabungkan upaya pengurangan emisi karbon dan pengembangan energi terbarukan, proyek Waste to Energy di TMR adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dapat menciptakan solusi inovatif untuk perubahan iklim dan pengelolaan limbah yang lebih baik.
Diketahui, pada hari yang bersamaan itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-159 dengan pengumuman program inovatif yang mengubah cara mereka mengelola limbah. hul