TUBAN | duta.co – Pembangunan Patung Guan Yu Chang yang bergelar Khong Co Kwan Sing Tee atau Dewa Perang di areal Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, ditentang oleh umat Khonghucu yang tergabung dalam Generasi Muda Khonghucu Indonesia.

Ketua Presidium Generasi Muda Khonghucu Indonesia (gemaku.org) Kris Tan menyatakan pembangunan patung di dalam Kompleks Kelenteng Tuban merupakan sikap yang tidak peka terhadap keutuhan berbangsa dan bernegara. “Tuduhan yang beredar bahwa itu diprakarsai oleh umat Khonghucu adalah sebuah kekeliruan dan fitnah besar bagi penganut Khonghucu,” katanya, Minggu (6/8).

DITUTUP KAIN: Patung Dewa Perang ditutup kain. (detik.com)

Ia menegaskan, dalam tradisi ajaran leluhur Tionghoa sama sekali tidak dikenal doktrin membangun ikon patung yang megah dan absurd. Bahkan menuju pada praktik-praktik menduakan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut dia, dalam tradisi Khonghucu yang menjadi substansi religiusitas dan spiritualitas seseorang bukan pada penyembahan terhadap benda-benda mati.

“Melainkan itu harus diejawantahkan dalam mencontoh perilaku dan meneladani sikap yang ditunjukan oleh Kwan Seng Tee Koen (Kwan Kong) yang kebetulan memang figur yang dianggap sebagai tokoh yang menjunjung tinggi Zhi, Ren, dan Yong yaitu Kebijaksanaan, Cinta Kasih, dan Kebenaran,” katanya.

Fenomena pengkultusan yang berlebihan kata dia, justru telah menodai doktrin utama ajaran leluhur Tionghoa yang menyatakan, “Tiada tempat lain meminta doa kecuali kepada Tian Tuhan Yang Maha Esa.”

“Maka Generasi Muda Khonghucu Indonesia gemaku.org mengimbau dan mendesak pihak Kelenteng Tuban untuk segera membatalkan rencana atau membongkar patung tersebut karena sama sekali tidak sesuai dengan prinsip tradisi etnis Tionghoa yang mengedepankan kemanusiaan dan cinta kasih. Dan daripada mencederai kehidupan berbangsa maka sebaiknya segera patung tersebut di bongkar saja,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa ketika Kwan Seng Tee Koen menjadi gubernur di daerah Jingzhou justru menganjurkan kepada seluruh pengikutnya untuk menghargai apa yang memang menjadi aturan rakyat Jingzhou.

Kwan Seeng Tee Koen juga merupakan salah seorang tokoh yang mengajarkan seseorang harus mengabdi dan cinta pada tanah air yang ditinggali olehnya di mana pun dia berada.

“Jika patung tersebut justru mencederai prinsip berbangsa maka Shen Ming Kwan Seng Tee Koen pun dipastikan tidak akan pernah sependapat jika dirinya disejajarkan dengan Sang Pencipta, sebab ia adalah tokoh yang justru dijunjung tinggi karena kesetiaannya kepada persahabatan sejati dan patriotisme dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung,” katanya.

Sementara soal pernyataan yang mengaitkan Partai Komunis Tiongkok dengan patung tersebut, kata dia, adalah hal yang absurd. Sebab, zaman saat Kwan Seng Tee Koen hidup justru Republik Rakyat Tiongkok yang didirikan oleh Partai Komunis Tiongkok belum lahir dan belum ada.

“Bahkan kakeknya ketua Mao Zedong pun belum lahir pada zaman dan era Kwan Seng Tee Koen hidup, yaitu pada zaman dinasti Han akhir yang dikenal pada zaman Sam Kok (Three Kingdom) pada tahun 221 M,” katanya.

Oleh karena itu, Generasi Muda Khonghucu Indonesia mengimbau seluruh etnis Tionghoa Indonesia untuk selalu meneladani sikap Kwan Seng Tee Koen dengan sikap terpuji dan rasional dengan teladan perilaku, bukan justru menyembah patung dan menduakan sang Pencipta.

Sebelumnya patung dewa raksasa di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban menghebohkan lini masa. Selain karena ukurannya yang menjulang hampir 30 meter, pembangunannya juga belum mengantongi IMB (izin mendirikan bangunan) dari Pemkab Tuban.

Patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen itu berdiri gagah di sebelah selatan lokasi area parkir kompleks Kelenteng Kwan Sing Bio, di Jalan RE Martadinata, Tuban. Pembangunannya diinformasikan menghabiskan dana Rp 2,5 miliar dan diresmikan Ketua MPR.

 

Jadi Tontontan, Ditutup Kain

Kini, setelah jadi gunjingan dan izin belum lengkap, patung raksasa Dewa Khong Co Kwan Sing Tee di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban ditutup kain putih.  Karena ada masalah IMB dan ramai di media sosial, akhirnya diputuskan patung ini ditutup kain putih.

Karena ramai di medsos, ternyata banyak warga yang ingin melihat dari dekat monumen fenomenal tersebut. Pantauan, Minggu (6/8) tidak sedikit warga Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, serta kota besar lainnya datang ke kelenteng yang terletak menghadap ke laut utara Tuban untuk berwisata maupun bersembahyang bagi mereka warga Konghucu.

Yeni (24), warga Kota Gresik, rela naik motor bersama temannya ingin berwisata ke kelenteng Tuban sambil melihat Monumen Patung yang baru dibangun itu.

“Kepingin jalan jalan saja sambil lihat patung ini, bagus banget sih patungnya. awalnya lihat di media online jadi penasaran akhirnya main ke Tuban saja,” tutur Yeni asal Gresik di lokasi Monumen Patung Khong Co Tuban.

Selain Yeni, ada lagi warga Tuban kota, Mitha (31), juga tidak mau ketinggalan untuk melihat dari dekat monumen patung tersebut. Bahkan ia sempat berfoto selfie di depan patung yang dibungkus kain putih.

“Sebenarnya kalau saya sebagai orang Tuban tidak mempermasalahkan adanya monumen Patung Khong Co ini, toh ini bisa menambah destinasi wisata di kota Tuban. Tapi ini kayaknya mau ditutupi kain putih karena ada masalah,” terang Mitha.

 

Untuk Redam Gejolak

Penutupan patung Dewa Perang asal Tiongkok Kong Co Kwan Sie Teee Koen di Klenteng Tuban ternyata atas permintaan pengurus klenteng untuk meredam suasana. Kepala Badan Kesbangpol Pemkab Tuban Hari Sunarno menjelaskan penutupan patung dengan kain putih dilakukan sejak sehari lalu. Patung itu setinggi 30,4 meter dengan lebar sekitar lima meter dari kepala hingga kaki belum termasuk dasar pondasi.

Sebelumnya, lanjut dia, pengurus klenteng memperoleh masukan dari Forpimda juga Forum Kerukunan Umat Beragama (FUB) yang menggelar rapat untuk mengatasi gejolak di masyarakat yang menolak keberadaan patung itu.

“Forpimda juga FUB meminta pengurus klenteng bisa meredam memanasnya penolakan patung klenteng yang terus bergulir di media sosial. Oleh karena itu caranya patung ditutup dengan kain putih,” kata dia, Minggu (6/8).

Pelaksanaan penutupan patung itu diserahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat atas permintaan pengurus klenteng termasuk biayanya. “BPBD yang mengerjakan penutupan patung dengan kain karena yang memiliki tenaga juga peralatan crane milik pemkab,” katanya.

 

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban Joko Ludiono menjelaskan pekerjaan penutupan patung dengan kain dilakukan sejak sehari lalu. Kata dia, pekerjaan yang dilakukan sehari lalu itu hanya menjahit kain putih sebanyak 40 rol masing-masing rol panjangnya sekitar 35 meter. “Panjang kain yang dimanfaatkan untuk menutup patung ya kurang lebih 1.200 meter,” katanya.

Menurut dia, pekerjaan menutup patung dengan memanfaatkan kain, selain sulit terbentur dengan angin di atas juga petugas yang naik kotak crane harus menjaga konstruksi patung tidak rusak. “Tapi hari ini saya kira seluruh tubuh patung dari kepala sampai kaki bisa tertutup kain putih. Kain putih yang dimanfaatkan menutup panjangnya 32 meter ke bawah,” katanya.

Dengan adanya pekerjaan penutupan patung juga protes dari sejumlah elemen masyarakat yang menolak keberadaan patung itu maka Klenteng Kwan Sing Bio di Kelurahan Latsari di Kecamatan Kota, ditutup untuk pengunjung terutama wisatawan.

Sesuai keterangan yang diperoleh sejumlah elemen organisasi kemasyarakatan (ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Jawa Timur, berencana menggelar demo di DPRD Tk I Jawa Timur, Senin (7/8). Tuntutan pendemo dengan berbagai alasan meminta patung itu dirobohkan. “Patung itu diresmikan beberapa waktu lalu,” kata Humas Polres Tuban AKP Elies Suendayati menambahkan.

Dari data yang ada dipondasi patung tertulis patung sumbangan keluarga Hindarto Lie Suk Chen Surabaya. Sedangkan di bawahnya tertulis ‘design by’ (Koh Po) Hadi Purnomo dan Ir Djuli Kurniawan.

Keberadaan patung raksasa yang mulai dibangun sejak September 2016 itu menghabiskan dana tak kurang dari Rp 2,5 miliar.

Sejak diresmikan di hari ulang tahun Klenteng Kwan Sing Bio, yaitu pada 17 Juli 2017, patung Guan Yu yang memegang pedang, menjadi tempat alternatif wisata di Bumi Ronggolawe, nama lain dari Tuban.

Patung setinggi 30 meter dengan dominasi warna hijau, kuning emas, dan coklat ini juga dihias ornamen Ular Naga di bawahnya. Makin menambah daya tarik wisatawan yang datang ke Tuban.  sad, ntr, dit, mer

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry