KUNJUNGAN : Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono (kiri) melihat produk pangan dalam kemasan yang diproduksi Bulog bersama Kabulog Divre Jatim, Muhammad Hasyim di lobby kantor Bulog Jatim, Kamis (28/12). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co  – Keberadaan tol laut nampaknya perlu dievaluasi. Keberadaannya sampai saat ini masih dianggap belum bisa maksimal pemanfaatannya. Hal itu diungkapkan Anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo Soekartono saat mengunjungi kantor Bulog Divre Jatim di Jalan Ahmad Yani, Kamis (28/12).

Dikatakan Bambang, usai bertemu dengan Kadivre Bulog Jatim, Muhammad Hasyim, ternyata Bulog Jatim tidak mendapatkan fasilitas dan akses untuk tol laut ini. Namun selain itu, Bulog Jatim juga enggan untuk memanfaatkan keberadaannya.

“Ini yang harus dievaluasi. Buat apa ada tol laut buang-buang anggaran yang sangat besar, sementara pemanfaatannya tidak ada untuk masyarakat banyak. Seperti Bulog ini. Sebagai lembaga yang menyediakan urusan pangan bagi masyarakat banyak, seharusnya memang memanfaatkan keberadaan tol laut ini agar penyaluran bahan pangan ke seluruh pelosok bisa maksimal,” tuturnya.

Kenyataannya kata Bambang, tol laut ini justru dimanfaatkan oleh para pedagang yang ingin mendapatkan biaya transpor murah, namun justru menjual barangnya di daerah tujuan dengan mekanisme harga pasar. Ini menambah beban bagi masyarakat. “Oknum-oknum ini yang memanfaatkan. Karenanya harus dievaluasi,” tandasnya.

Kepala Divre Bulog Jatim, Muhammad Hasyim mengungkapkan selama ini pihaknya memang tidak mendapatkan akses untuk tol laut. Namun selain itu, Bulog Jatim juga enggan memanfaatkannya karena terkadang pengiriman bahan pangan Bulog berbeda tujuan dengan pemberangkatan kapal dengan tol laut ini.

“Terkadang kita ingin kirim ke barat namun ternyata mereka harus berlayar ke timur, begitu sebaliknya. Jadinya kan tidak sinkron,” ujarnya.

Selain itu, dari pengalaman banyak pihak, Hasyim mengungkapkan bahwa tol laut ini ternyata lebih lama waktu tempuhnya dibandingkan distribusi lewat jalur biasanya atau pelayaran swasta. Padahal, bagi Bulog pengiriman bahan pangan ini sangat rentan. Tidak boleh pengiriman melebihi waktu 10 hari karena dikhawatirkan akan terjadi kerusakan.

“Bahan pangan yang kita kirim ini sangat rentan. Kalau terlalu lama akan rusak. Kalau tidak nanti tidak terdistribusi dengan baik, kasihan masyarakatnya,” tandasnya.

Selama ini Bulog Jatim mengirimkan kelebihan beras yang ada untuk ke berbagai daerah di Indonesia, mulai bagian barat hingga timur. Namun, sebagian besar penyaluran ke Indonesia bagian timur terutama Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. “2017 ini kita kirim ke luar pulau sebanyak 261 ribu ton. Cukup banyak karena stok kita memang berlebih,” tandasnya.

Karena itu, Bambang Haryo berharap nantinya pemerintah harus mengevaluasi ulang keberadaan tol laut ini. “Siapa yang berhak mendapatkan fasilitas ini, harus dengan cepat dievaluasi,” tukas Bambang Haryo.

Memang keberadaannya dibutuhkan, namun harus dievaluasi agar dampaknya lebih terasa dan efektif. “Kita nanti akan sampaikan di rapat Komisi VI DPR RI, juga juga akan koordinasi dengan Komisi IV,” tukasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry