SURABAYA | duta.co – Diakui, program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-104 di Jawa Timur saat ini, mampu menimbulkan berbagai perkembangan positif di lingkup masyarakat di daerah terpencil. Salah satunya ialah, mengenai taraf hidup sehat, serta mutu pendidikan warga.

Kapendam V/Brawijaya, Kolonel Inf Singgih Pambudi Arinto menegaskan, bukan hanya fokus bagi pembangunan di desa terisolir saja, akan tetapi, keberadaan Satgas TMMD disetiap daerah, juga memiliki visi penting, khususnya dalam meningkatkan taraf pendidikan, hingga kesehatan warga.

“Terutama di sektor pendidikan. Dibeberapa daerah, seperti di Sumenep. Disana, mereka (Satgas) membangun sebuah Madrasah untuk masyarakat sekitar,” terang penulis buku berjudul “Pendekar Nusantara menantang Sun Tzu” ini ketika ditemui di ruangan kerjanya. Selasa, (26/03/2019).

Selain membangun madrasah, tuturnya, Satgas TMMD di lokasi itu, juga rutin mengajak anak-anak di desa Larangan Kerta, Kecamatan Batu Putih, untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar (Bimbel) yang sengaja digelar tiap sore hari.

“Setiap sore, biasanya dimulai pukul 16.00-16.30 WIB. Kadang ada juga yang mengajar dibeberapa Madrasah setempat. Biasanya dilakukan oleh beberapa personel Satgas ketika jam pelajaran dimulai,” imbuh Kapendam V Brawijaya.

Ternyata, peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh Satgas kepada masyarakat, bukan hanya berlangsung di Kabupaten Sumenep, Madura saja. Namun, terdapat beberapa daerah lainnya, termasuk diantaranya ialah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Ketika di konfirmasi, Dansatgas TMMD Kodim 0812/Lamongan, Letkol Arh Sukma Yudha Wibawa membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Satgas di bawah kendalinya saat ini, sedang berupaya untuk menciptakan Desaku Pintar yang sengaja dipusatkan di desa Kelorarum.

Bahkan, imbuh Letkol Arh Sukma Yudha Wibawa, program itu pun mendapat dukungan dari pihak Pemkab Lamongan, khususnya Dinas Pendidikan setempat.

“Harapannya nanti, ketika penutupan desa Kelolarum bisa menjadi desa ke-57 dalam program Desaku Pintar di Kabupaten Lamongan,” paparnya.

Program Desaku Pintar lebih cenderung mengarah pada gerakan 1821, dimana gerakan tersebut merupakan imbauan kepada para orang tua untuk berhenti menggunakan gadget pada pukul 18.00-21.00 WIB.

“Gerakan ini dinilai efektif untuk mencegah, ataupun mengatasi kecanduan seseorang terhadap gadget,” jelasnya.

Terpisah, Yatmoko (36), Kepala Dusun Kalitengah, desa Kelorarum, Lamongan ini, sangat mendukung keberadaan Desaku Pintar yang saat ini mulai disuarakan oleh personel Satgas bersama Pemkab Lamongan itu.

Pasalnya, selain pengembangan pendidikan dan literasi melalui perpustakaan, keberadaan program Desaku Pintar dinilai sangat dominan untuk mendongkrak wawasan masyarakat.

“Saya melihat sendiri, program Desaku Pintar kan sudah ada di desa Sumengko. Di desa itu, hampir setiap hari warga datang ke perpustakaan, dan itu menurut saya sangat bagus sekali. Saya ingin desa Kelorarum seperti desa Sumengko,” pintanya. (nzm)