Para peserta Focus Group Discussion (FGD) Internasionalisasi Jurnal - Rumah Jurnal Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura akhir Februari lalu. DUTA/ist

Jangan Ragu Menulis ke Jurnal Bagus, Walau Sering Ditolak

PAMEKASAN | duta.co – Publikasi ilmiah di lingkungan perguruan tinggi sangatlah penting, termasuk di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Karena itu, penulisan publikasi ilmiah itu terus digencarkan agar para dosen bisa menulis dengan baik.

Karena itu, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura menggelar Focus Group Discussion (FGD) Internasionalisasi Jurnal – Rumah Jurnal IAIN Madura 2023, pada Selasa (28/2/2023) lalu. Hadir sebagai narasumber Editor in Chief Journal of Information Technology and Cyber Security sekaligus Dosen Sistem dan Teknologi Informasi Untag Surabaya, Siti Mutrofin.

Dalam rilisnya, Selasa (7/3/2023)  kegiatan ini bertujuan mendesain beberapa kajian mengenai publikasi ilmiah di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Peserta FGD tidak hanya internal IAIN Madura namun juga dari beberapa perguruan tinggi di Sumenep.

Dalam hal ini, diperlukan masukan-masukan dari para pengelola Jurnal untuk menerjemahkan program dalam kebijakan strategis Peningkatan Kapasitas Editor Pengelolaan Jurnal Menuju Internasional Bereputasi.

“Sebelumnya, pada 2 April 2021 saya juga pernah diminta untuk mendampingi jurnal IAIN Madura untuk maju ke Scopus, yaitu jurnal Al Ihkam, Jurnal Hukum & Pranata Sosial dan alhamdulillah berhasil tembus terindeks Scopus pada 10 Agustus 2021. Editor in Chief Al Ihkam yaitu Bapak  Erie Hariyanto juga salah satu mahasiswa alumni S3 di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,” ujar Mutrofin.

Pada pemaparan materi, Mutrofin menekankan prinsip ATM (Amati Tiru Modifikasi) dalam membedah jurnal terbitan IAIN Madura yakni jurnal OKARA dan jurnal Iqtishadia.

“Tips untuk memajukan jurnal ilmiah menjadi terindeks internasional antara lain ikuti pedoman akreditasi jurnal terbaru yang diterbitkan oleh Arjuna Kemdikbud, ikuti standar Directory of Open Access Journals (DOAJ), ikuti pedoman COPE: Committee on Publication Ethics, dan ikuti standar Scopus dan Web of Science,” paparnya

Mutrofin menandaskan jika memahami teori saja tidak cukup, penulis pemula tidak dapat melewatkan praktik dan mengaplikasian guna memahami setiap detail kepenulisan karya ilmiah.

“Jangan ragu untuk mengirim naskah ke jurnal bagus, walaupun ditolak biasanya kita akan dapat komentar yang membangun yang kita bisa merevisinya dan bisa kita kirim ke jurnal yang kualitasnya dibawahnya tetapi kualitasnya masih bagus. Jangan khawatir jika kita tidak memiliki keahlian tertentu seperti Bahasa Inggris, karena menulis artikel yang akan kita terbitkan di jurnal internasional kita bisa menyewa seorang translator dan/atau proofreader,” ujarnya

Besar harapan, dalam melakukan penelitian akan lebih maksimal jika sesuai kaidah penulisan ilmiah dari sumber yang valid dan perbanyak membaca referensi.

“Rajin-rajin membaca referensi sesuai yang kita tekuni dari jurnal ternama terutama dari penerbit popular, agar terbiasa dengan gaya penulisan ilmiah dengan standar internasional, sering banyak latihan menulis agar terbiasa. Tidak ada yang besar sebelum kita memulai hal yang kecil secara konsisten. Karena setiap momen pasti ada ilmu yang baru yang kita dapatkan dari pengalaman,” tutup Mutrofin. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry