Mesin pelorot malam ini adalah hasil inovasi teknologi tim pengusul pemberdayaan masyarakat usaha produk unggulan daerah ( PM – UPUD) dosen Universitas Fr. Soetomo dan Universitas Wijaya Putra yang mendapatkan pendanaan dari KEMENDIKBUD RISTEK tahun anggaran 2024.
Tiga dosen Unitomo yang terlibat dalam program ini yakni Liosten Rianna Roosida Ully Tampubolon, Safrin Zuraidah dan Muhammad Syahrul Borman sedangkan Siswadi adalah dosen Universitas Wijaya Putra.
Ketua Tim, Liosten Rianna mengatakan mesin pelorot malam ini diberikan karena selama ini para perajin batik di Tanjung Bumi masih merontokkan malam yang menempel di kain secara manual. “Terkadang pakai pisau atau alat bantu lain yang memungkinkan kain menjadi robek atau desain menjadi rusak,” ujar Liosten Rianna, Selasa (17/9/2024).
Dengan mesin ini bisa melorotkan malam pada kain batik tulis hingga 99 persen. Dengan begitu bisa menghindari produk cacat. Pekerjaan perajin menjadi lebih singkat sehingga kapasitas produksi bisa meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan cara konvensional.
Tidak hanya memberikan mesin, tapi tim juga mengedukasi perajin bagaimana penggunaan dan memelihara mesin, dan apa yang harus dihindari agar hasil bisa maksimal.
Tim memberikan bantuan mesin pelorot malam sekaligus mengedukasi penggunaan atau acara kerja mesin ini pada para perajin untuk merealisasikan program yang mereka buat. Hingga akhirnya mendapatkan dana hibah Pengabdian pada Masyarakat multi years 3 tahun, 2024-2026 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Skemanya adalah Pemberdayaan Masyarakat Usaha Produk Unggulan Daerah.
Liosten Rianna mengatakan bantuan diberikan ke perajin batik di Bangkalan karena di daerah itu banyak perajin batik tulis yang masih mempertahankan warisan turun temurun. Para perajin masih mengerjakan semua proses membatik secara tradisional mulai dari canting, pewarnaan dan ngelorot malam.
Di Kabupaten Bangkalan tepatnya di Kampung Batik, Desa Paseseh, Tanjung Bumi diketahui ada 460 UMKM yang terdiri dari industri dan pengrajin batik. Pada 2021 Kabupaten Bangkalan memiliki pelaku UMKM batik 600 orang dan 800 orang pengrajin batik. Kondisi ini merupakan kekuatan yang dimiliki industri batik tulis yang dapat dikembangkan kualitas, kuantitas dan daya saing produk untuk dapat berkompetitif di pasar domestik maupun luar negeri.
UMKM merupakan suatu kelompok usaha di masyarakat yang bertumbuh memiliki peran besar untuk perkembangan sektor perekonomian dan peningkatan tenaga kerja serta pemerataan pembangunan.
Perkembangan mode kain batik tulis saat ini bukan hanya digunakan untuk seragam dan kemeja, tetapi sekarang kain batik tulis banyak digunakan untuk baju fashion, gaun pesta, jas, blazer, dan mukenah serta berbagai ornament yang esklusif. ril/lis