
Posko gabungan yang melibatkan Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK), Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), RSUD dr. Soetomo Surabaya, dan bekerja sama dengan PERDATIN, PABOI, IPOTI, IDI Cabang Surabaya, dan Mer-C itu menjadi saksi lahirnya seorang bayi dari Ny. R yang berusia 19 tahun, warga Desa Bukit Rata, Kecamatan Aceh Tamiang.
Sejak pukul 07.00 pagi, Ny. R merasakan kontraksi perut yang semakin intens disertai pecahnya ketuban. Sebelum bencana banjir melanda, ia memang rutin memeriksakan kehamilannya di Klinik Abah. Karena itu, ketika tanda-tanda persalinan muncul, ia kembali ke tempat yang kini menjadi posko kesehatan Tim Unair.
Pemeriksaan awal oleh bidan menunjukkan tanda vital ibu dan detak jantung bayi dalam kondisi normal. Namun, pemeriksaan lanjutan memperlihatkan pembukaan serviks telah mencapai lima sentimeter dengan kontraksi yang semakin teratur. Tim medis pun melakukan observasi ketat, sembari memberikan edukasi dan penguatan mental kepada pasien serta keluarganya.
Di balik upaya tersebut, keterbatasan sarana menjadi tantangan tersendiri. Lettu Laut (K) dr. Andre Prasetyo Mahesa, Residen Ilmu Penyakit Dalam FK Unair yang bertugas sebagai penanggung jawab posko, mengungkapkan bahwa kondisi di lapangan jauh dari ideal.
“Salah satu kendala utama adalah listrik yang belum stabil. Proses observasi dan pengawasan menjadi terbatas. Selain itu, ketiadaan alat bantu napas bayi dan infant warmer juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi tim,” ujarnya.
Untuk mengatasi keterbatasan penerangan, tim menggunakan genset agar proses persalinan tetap dapat berlangsung dengan aman. Pada pukul 11.00, pembukaan telah lengkap dan kepala bayi mulai terlihat di jalan lahir. Dengan sigap dan penuh kehati-hatian, tim yang terdiri dari dr. Aniq, dr. Manilla, bidan April, dan bidan Disya dari RS unair bersiap melakukan pertolongan persalinan.
Tepat pukul 11.52, tangisan bayi pun terdengar lantang. Bayi lahir dalam kondisi baik dan langsung menangis spontan. dr. Mery, SpA dari IDI Cabang Surabaya turut memastikan kondisi bayi yang tampak aktif dengan warna kulit kemerahan sebagai tanda vitalitas yang baik.
Menurutnya, meski terdapat robekan ringan pada jalan lahir ibu yang memerlukan jahitan, kondisi ibu dan bayi secara keseluruhan dinyatakan stabil dan sehat. Persalinan itu menjadi persalinan kedua yang berhasil ditangani di Posko Kesehatan Tim Unair selama masa tanggap bencana di Aceh Tamiang.
Perlu diketahui, kehadiran Posko Satgas Bencana Tim Unair di Aceh Tamiang tidak hanya menjadi respons darurat atas bencana, tetapi juga wujud nyata komitmen UNAIR dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3, yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Di tengah keterbatasan akibat bencana, tim medis Unair memastikan hak dasar ibu dan bayi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tetap terpenuhi.
Inisiasi Buka Kamar Operasi
Sebelumnya tim gabungan mulai membuka kamar operasi. Pembukaan kamar operasi ini setelah melakukan pembersihan terhadap rumah sakit tersebut agar bisa memberikan layanan kesehatan menyeluruh bagi para korban banjir.
Kesiapan tim medis untuk melakukan tindakan operasi juga ditunjang dengan perlengkapan ruang operasi dan alat-alat kesehatan yang sudah disterilisasi dengan melibatkan RSU Cut Meutia Langsa dengan menggunakan alat UV.
Salah satu tim dokter, dr Hardian Basuki SpOT mengatakan saat kamar operasi difungsikan kembali, tim langsung melakukan dua tindakan operasi yakni perawatan luka kotor dan terinfeksi.
Operasi dilakukan dr Hardian Basuki SpOT dan dr Arya, PPDS orthopedi dari FK UNAIR. Sementara oembiusan dilakukan dr Airi Mutiar SpAn dengan anestesi spinal pada punggung.
“Dua kasus yang ditangani berupa luka akibat penyakit diabetes melitus pada tungkai kaki,” kata dr Basuki.
Selain membuka DNA memfungsikan kembali ruang operasi, tim juga membuka layanan rawat jalan. Posko Klinik Abah Tamiang berhasil memberikan layanan pada 226 warga yang mengalami berbagai macam keluhan kesehatan.
Upaya Membersihkan Ruang OK (Operasi)
Tim gabungan ini dibagi menjadi dua. Tim 1 melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang, melakukan koordinasi dengan PHEOC Kementerian Kesehatan terkait surveilans penyakit pasca bencana dan
melakukan pelayanan kesehatan di posko kesehatan Klinik Abah.
Tim 2, melakukan koordinasi dan revitalisasi ruang Operasi di RSUD Muda Sedia Tamiang. Dokter Basuki menceritakan sebelum ruangan OK bisa dilakukan tindakan operasi, tim melakukan pembersihan dari sisa lumpur.
“Kami mengepel sampai bersih dan mencoba beberapa alat yang tersedia seperti meja operasi, lampu operasi portabel, mesin anestesi, suction dan alat-alat yang tersedia lainnya. Kami hanya bisa membersihkan satu OK karena yang lain mengalami kebocoran atap,” jelas dr Basuki.
Dokter Basuki menjelaskan usai membersihkan OK, listrik mulai menyala dan lampu dan AC di ruangan operasi itu bisa menyala kembali.
“Beruntung kami mendapatkan bantuan O2 konsentrator,onitor dan alat suction dari Kemenkes untuk persiapan operasi,” jelasnya.
Sayangnya, kebutuhan air bersih untuk pelaksanaan operasi masih sulit didapat tim medis ini. Direncanakan kebutuhan air bersih akan menggunakan tandon darurat. ril/lis





































