SURABAYA | duta.co – Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim menggelar Seminar Nasional bertajuk ‘Bendera Tauhid dalam Lintasan sejarah, Perspektif Shirah dan Ketatanegaraan Indonesia’, Rabu (28/11/2018), di Hotel Utami Jl Raya Bandara Juanda No.36 Sidoajo.

Acara ini menghadirkan tiga profesor, masing-masing Prof Aminuddin Kasdi, Prof Suteki dan Prof Daniel M. Rosyid. Dijadwalkan hadir Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) yang bakal mengupas ‘Bendera Tauhid dalam Perspektif Shirah Nabawi’.

“Agar umat Islam (khususnya) dan bangsa Indonesia umumnya, paham, apa itu bendera tauhid? Bagaimana lintasan sejarahnya, termasuk prespektif dalam Ketatanegaraan Indonesia,” demikian disampaikan Sekretaris Jenderal GUIB, H Mochammad Yunus, kepada duta.co, Rabu (28/11/2018).

Lebih menarik, pemateri seminar ini dikenal dengan tokoh-tokoh ‘pemberani’. Ada Prof Dr H Aminuddin Kasdi, MS. Profesor ini dikenal sebagai akademisi yang paham betul tentang bahaya komunisme dan kebangkitan PKI.

Pakar Sejarah Universitas Negeri Surabaya (UNESA), ini merupakan salah satu peneliti dan sejarawan yang berani mengungkapkan berbagai fakta sejarah mengenai bahaya komunisme di Indonesia. Sejak tahun 2009, ia secara gamblang membuka rahasia rencana besar PKI. Ia juga yang membedah buku saku berjudul “ABC Revolusi”, yang disusun oleh Comite Central (CC) PKI pada tahun 1957 silam.

Begitu juga dengan Prof Dr Suteki SH, MHum. Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ini dikenal sebagai pakar Sosiologi Hukum dan Filsafat Pancasila. Ia pernah menggegerkan jagat media lantaran ‘pembelaannya’ terhadap HTI. Ia pula yang pernah mengunggah ke media sosial mengenai Pancasila tidak bisa dibandingkan dengan khilafah. Ini diungkapkan untuk menanggapi pemberitaan mengenai unggahan-unggahannya di media sosial yang viral dan ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Pembicara lain Prof Daniel M Rosyid. Profesor yang pernah masuk daftar ‘Tiga Dosen’ ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya sebagai pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Prof Daniel telah membantah mendukung atau berafiliasi dengan organisasi yang dibubarkan pemerintah itu. “Saya bukan anggota HTI dan saya tidak punya kepentingan dengan HTI,” kata Guru Besar Teknologi Kelautan ITS tersebut.

Dia hanya merasa, ide dan gagasannya dimanfaatkan kelompok HTI jelang sidang PTUN, untuk meraih simpati publik di media sosial. Sebagai akademisi, dia hanya berseberangan pendapat dengan pemerintah tentang pembubaran HTI.

“Perppu Ormas yang dijadikan dasar pembubaran HTI adalah bentuk otoritarianisme pemerintah terhadap organisasi masyarakat,” jelasnya tanpa tedeng aling-aling.

Dia menilai, pemerintah terlalu paranoid dengan HTI. “HTI itu siapa, HTI hanya organisasi kecil yang baru terkenal kemarin sore. Pemerintah hanya ketakutan saja. Langkah pemerintah ini tidak sesuai dengan hak warga negara yang berserikat dan berkumpul,” jelasnya.

Hari ini, mereka membedah apa itu bendera tauhid? Bagaimana kontribusinya dalam Ketatanegaraan Indonesia? Benarkah bendera tauhid ini menjadi ancaman keutuhan NKRI? Mengapa belakangan ini ada kelompok yang takut dengan bendera tauhid? Ada baiknya Anda hadir dalam seminar ini.  (net,mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry