PELAKU persekusi terhadap M ditangkap.

JAKARTA | duta.co – Polisi bergerak cepat mengamankan dua orang terduga pelaku persekusi terhadap seorang remaja berinisial M (15), di Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (1/6/2017). Video intimidasi terhadap M viral di media sosial.

“Iya benar sudah kami amankan. Inisialnya M dan U,” ujar Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Andry Wibowo, saat dikonfirmasi Kamis (1/6/2017) malam. Andry menambahkan, kedua orang tersebut diamankan oleh tim Sat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur di kediamannya masing-masing. “Saat ini sudah dibawa ke Polda Metro Jaya untuk proses penyelidikan,” kata Andry.

VIDEO viral korban M yang berkaca mata diintimidasi dan dipukul oleh massa.

Seperti diberitakan duta.co, M beserta keluarganya dievakuasi dari kediamannya di kawasan Cipinang, Jakarta Timur, Kamis sore. Evakuasi itu dilakukan agar M dan keluarganya tidak menjadi korban intimidasi oleh massa yang diduga dari FPI. M dituduh sering menghina ulama termasuk Rizieq Shihab.

Sebelumnya, beredar video korban persekusi di media sosial. Dalam video berdurasi dua menit tersebut tampak seorang remaja berinisial M tengah diintimidasi oleh sekelompok orang. Remaja berkacamata itu terlihat dipaksa membuat surat permintaan maaf atas postingan di akun Facebook pribadinya yang dinilai menghina pimpinan organisasi masyarakat tertentu.

Tidak terima pimpinannya dihina, anggota ormas itu pun menangkap remaja tersebut dan menginterogasinya. Tak hanya mendapat kekerasan secara verbal, remaja itu juga terlihat mendapat pukulan di bagian wajah.

Ancaman serupa sering diterima Afi Nihaya Faradisa atau Asa Firda Inayah, 18, penulis yang karyanya sering menjadi viral di sosial media (sosmed). Ancaman itu mengundang perhatian khusus dari Pengurus Pusat (PP) GP Ansor.

“Jangan takut dengan ancaman, terus berkarya,” cetus Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, dan Komandan Satkomas Banser, Alfa Isnaini. Organisasi pemuda milik NU itu, menyatakan mendukung Afi untuk terus berkarya dan menulis. GP Ansor dan Banser akan siap menjaga keamanan gadis yang tinggal di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran itu.

Pernyataan dukungan dari PP GP Ansor pada Ali itu, disampaikan langsung oleh Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, dan Komandan Satkomas Banser, Alfa Isnaini, melalui saluran telepon yang difasilitasi oleh Ketua PC GP Ansor Banyuwangi, H. Sukron Makmun Hidayat saat mengunjungi rumah orang tua Afi, kemarin sore (26/ S). Sebelumnya Afi mengaku diteror bahkan diancam bunuh gara-gara tulisannya di facebook.

Kasus dr Fiera

Korban ketiga adalah Fiera Lovita. Seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Solok, Sumatera Barat, merasa tertekan setelah mengalami persekusi berupa teror dan intimidasi oleh sekelompok orang dari ormas tertentu.

Perempuan yang akrab disapa Dokter Lola itu mengaku tidak paham kenapa dirinya mengalami tindakan persekusi setelah menulis status di akun Facebook-nya yang bernada sindiran terhadap tokoh tertentu.

“Saya hanya mengemukakan pendapat saya seperti yang dilakukan oleh netizen lain,” ujar Fiera saat memberikan keterangan pers di kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).

Pada 19-21 Mei 2017, Fiera membuat tiga status Facebook. Status tersebut dia buat setelah menyaksikan berita konferensi pers pihak kepolisian di televisi terkait tentang kebenaran barang bukti kasus chat WhatsApp Firza Husein dan Rizieq Shihab.

“Saya hanya menanggapi berita kaburnya seorang tokoh yang akan diminta keterangannya oleh polisi di Jakarta dalam kasus chat mesum dan kasus hukum lain yang menimpa tokoh tersebut,” kata Fiera.

Rupanya, ada kelompok ormas yang tidak suka dengan kata-kata Fiera di status Facebooknya. Pada 22 Mei 2017, sekitar pukul 13.00 waktu setempat, beberapa orang mendatangi Fiera.

Saat itu, dia sedang berada di dalam mobil bersama anak-anaknya. Mereka mengetuk-ngetuk jendela mobil Fiera. Karena ketakutan, Fiera menghubungi Kanit intel polisi kota Solok bernama Ridwan. Ridwan sebelumnya telah meminta keterangan Fiera terkait status Facebooknya itu, tanpa menunjukkan surat tugas.

Setelah tiba, Ridwan berbicara dengan perwakilan dari orang-orang yang mengaku anggota salah satu ormas keagamaan. Saat itu, kata Fiera, anak-anaknya menangis karena ketakutan melihat keberadaan mereka. Mereka juga ketakutan karena melihat Ridwan membawa pistol kecil, diselipkan di pinggang belakangnya.

“Anggota ormas itu menyuruh saya minta maaf dan berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi. Kemudian meminta saya membuat surat pernyataan dengan tulisan tangan di atas kertas dan difoto. Mereka meminta saya untuk secepatnya mem-posting surat pernyataan permintaan maaf tersebut di akun Facebook milik saya,” ucapnya.

Tindakan intimidasi ternyata tidak berhenti sampai di situ. Setelah mem-posting pernyataan maaf, Fiera menemukan foto-fotonya tersebar di media sosial dengan komentar provokatif dan tidak senonoh.

Pada Selasa, 23 Mei 2017, diadakan pertemuan dengan sejumlah petinggi ormas keagamaan bersama Kepala Polisi Kota Solok Kompol Darto, Kasat Intel Ridwan dan jajaran direksi RSUD Kabupaten Solok.

Dalam pertemuan tersebut, Fiera diminta menyampaikan permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dia juga diminta membuat surat pernyataan maaf dan ditandatangani oleh Fiera serta beberapa orang yang hadir dalam pertemuan tersebut.

“Saya pikir dengan pertemuan tersebut semua masalah akan selesai, ternyata tidak sama sekali. Foto-foto pertemuan tersebut kembali menjadi viral di media sosial, mereka terus membicarakan dan menggunjingkan saya,” tuturnya.

Pertemuan yang seharusnya menyelesaikan masalah dan membuat suasana menjadi damai, ternyata bagi ormas itu dianggap tidak cukup. Foto-foto pertemuan disebar melalui media sosial dengan kata-kata yang provokatif. Dia dituduh menghina ulama dan agama Islam.

Sejak saat itu, teror dan intimidasi kerap diterima oleh Fiera. Rumahnya sering didatangi oleh orang-orang tak dikenal dan minta untuk bertemu.

Atas pertimbangan keselamatan jiwa anak-anak dan dirinya, Fiera memutuskan untuk pergi dari Solok untuk sementara waktu. Dia merasa tidak ada pihak yang mampu melindungi.

Fiera mengaku tidak mendapat dukungan nyata dari teman sejawat atau pun pihak lain yang berada di sekitarnya. Bahkan, beberapa rekan di kantornya memilih aman dengan menjauhi Fiera.

“Saya memutuskan untuk berkeinginan keluar dari Kota Solok, Sumatera Barat ini. Saya tidak mempunyai pilihan lain lagi,” ujar Fiera

“Tidak ada pihak yang akan melindungi saya di sana, ditambah suasana di lingkungan pekerjaan yang sudah tidak nyaman lagi,” kata dia. Dia bersama suami hijrah ke Jawa. det, kcm, vvn

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry