Dari kiri, Gus A'am Wahib, Hendro T S, Gus Irfan Yusuf Hasyim, Gus Wachid dan Gus Rozaq dalam sebuah pertemuan di Surabaya. FT/wiwiek wuladari

SURABAYA |duta.co – Tim kampanye pasangan Jokowi-Ma’ruf dianggap sudah kehilangan materi, hilang kepercayaan diri, akhirnya cenderung ngawur dan nglindur. Setidaknya ada tiga jurus kampanye Jokowi-Ma’ruf yang dinilai Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin (BKSN) justru menjadi bahan tertawaan rakyat kecil.

Ketua BKSN, H Agus Solachul A’am Wahib melihat pasangan Jokowi-Ma’ruf sulit bisa berkomunikasi melalui program atau gagasan dengan wong cilik. Karena selama 4 tahun ini, rakyat sudah capek dengan kebijakan-kebijakan yang pro elit, pro asing.

“Jangan kaget kalau kemudian warga Madura bernyanyi Jokowi Mole (Jokowi Pulang). Jangan pula heran kalau kemudian viral lelaki Madura menunjuk-nunjuk meteran listrik karena rakyat kecil terbebani. Lucunya, ini tidak terpikir oleh Jokowi,” tegas Gus A’am Wahib kepada duta.co, Sabtu (22/12/2018).

Menurut Gus A’am Wahib, ada tiga narasi kampanye tim Jokowi-Ma’ruf yang blunder di depan rakyat. Pertama, saat di Madura, bisa baca di media, Mbak Yenny Wahid menyebut ada 700 ribu jembatan yang dibangun Jokowi selama 4 tahun.

Baca tempo.co, katanya,  “Apa yang dilakukan pria kurus? Dia membangun infrastruktur, jalan raya, jembatan, lebih dari 700 ribu jembatan di desa-desa yang dibangun Pak Jokowi,” kata Gus A’am menirukan Mbak Yenny.

“Logikanya di mana? Taruhlah satu tahun itu 365 hari untuk Jokowi. Lalu digunakan efektif 5 tahun kerja, berarti 1825 hari. Kalau benar dia bangun 700 ribu jembatan, berarti, seharinya dia bangun 383 jembatan. Lalu jembatan mana saja yang dia bangun? Kecuali kalau jembatan jin dan gondoruwo dihitung,” tambah putra Menteri Agama RI ke-8 almaghfurlah KH Wahib Wahab Chasbullah ini.

Kedua, lanjutnya, tim kampanye Jokowi-Ma’ruf membangun narasi (opini) dengan menjadi imam salat. Bagi orang awam, kampanye menjadi imam salat, malah menggelikan. “Pada umumnya, orang Islam yang beriman, menolak menjadi imam salat. Lha ini malah pamer, lucu. Dari zaman Bung Karno sampai SBY, tidak ada pencitraan kampanye menggunakan imam salat. Padahal yang menjadi isu sentral masyarakat adalah ekonomi, lapangan kerja, harga barang tinggi, listri mencekik, BPJS amburadul. Mestinya ini yang digaungkan,” tegasnya.

Ketiga, sekarang ini sedang dibangun opini bahwa Jokowi itu seperti Gus Dur. “Anda baca di grup-grup WA, dikatakan Jokowi sudah seperti Gus Dur. Mereka berharap makamnya nanti rame penziarah seperti Gus Dur. Ini kelewat keliru, bainassama’ wassumur (antara langit dan sumur red.). Gus Dur itu orang ikhlas, jauh dari pencitraan,” terang Gus A’am Wahib.

Lapangan Kerja Makin Parah

Masih menurut Gus A’am Wahib, bicara soal ekonomi, tim petahana memang tak percaya diri. Mengapa? Karena memang perekonomian Indonesia hancur-lebur. Semua keperluan pokok impor. Beras, gula, jagung, garam, buah-buahan, sayur-mayur, dan sebagainya. “Sekarang ini yang terlintas dalam kepala kita, bahwa sembako serba impor. mengerikan,” katanya.

Bicara sumber daya alam (SDA), ujarnya, sama saja. “Yang kita miliki dijual murah kepada asing. Para ekonom kita punya data berjibun, bahwa, kekayaan kita habis dikuras asing. Pengusaha asing hanya perlu selembar izin kuras tambang untuk mengeruk dan kemudian mengapalkan isi perut bumi Indonesia ke negara asal mereka.”

Mau bicara lapangan kerja? Ditertawai orang. “Sekarang makin parah. Tenaga kerja asing masuk tanpa batas, sementara tenaga kerja lokal banyak yang nganggur mulai dari tenaga kerja non-skill sampai pilot. Belum lagi bicara daya beli. Daya beli rakyat melorot. Lonjakan harga-harga akibat pelemahan nilai rupiah semakin menghimpit. Yang bisa bilang enak, itu hanya orang dekat kekuasaan, lihatlah korupsi yang semakin menggila,” jelasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry