SURABAYA | duta.co – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat ada 23 daerah dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang terdampak kekeringan. Dari jumlah itu, hanya Kabupaten Sampang, Madura, yang mengalami kekeringan paling parah.

“Ada 42 desa di Sampang yang mengalami kekeringan, sehingga menjadi daerah terparah karena jumlah desa mengalami kekeringan paling banyak di antara kabupaten/kota lain,” ujar Kepala BPBD Jatim, Suban Wahyudiono, saat dikonfirmasi, Rabu (15/8/2018).

Akibat kekeringan parah itu, ribuan warga di Kabupaten Sampang kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, BPBD Jatim belum bisa merinci detail desa mana saja di Sampang yang mengalami kekeringan parah.

“Warga di sana (Sampang, red) hanya punya persediaan air 10 liter per hari. Mereka juga harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari rumah untuk mendapatkan air bersih tersebut,” ungkapnya.

Kendati demikian, lanjut Suban, Pemprov Jatim telah mengedrop air ke Sampang, sebanyak 1 tangki berisi 6.000 liter per desa per hari. “Itu baru bantuan dari Pemprov saja, belum bantuan air dari pemerintah daerah  setempat,” katanya.

Tak Ada Sumber Air

Bukan hanya di Sampang, Pemprov Jatim juga mengedrop air ke beberapa daerah lain yang mengalami kekeringan. Diantaranya Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, Mojokerto, Pasuruan, Blitar, dan Tuban.

“Sampai saat ini, sebanyak 23 kabupaten di Jatim terdampak kekeringan. Lebih spesifik lagi, ada 442 desa terdampak. Dari jumlah itu, 223 desa masih ada potensi air, sementara 199 desa tidak ada potensi air, sehingga harus didrop air,” imbuhnya.

Terpisah, Gubernur Jatim Soekarwo menambahkan bahwa Pemprov Jatim sudah berusaha keras mengatasi masalah kekeringan namun karena faktor alam sehingga sulit diatasi secara permanen.

“Ada 422 desa tersebar di 23 kabupaten/kota di Jatim yang mengalami kekeringan setiap musim kemarau.  Namun 223 desa diantaranya sudah berhasil diatasi dengan pembangunan sumur air dalam.Dan sisanya 199 desa dibikinkan tempat penampungan air (tandon)  permanen karena sulit ditemukan sumber air,” jelas Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo.

Daerah-daerah yang sulit dibuatkan sumur air dalam kebanyakan, kata Pakde Karwo ada di wilayah jalur tengah Madura dan daerah-darah perbukitan kapur.

“Sudah dicek ternyata tak ada sumber air bahkan setiap hujan juga tak ada air yang mengalir sehingga solusinya selain dibuatkan tempat penampungan juga dibuatkan saluran air supaya air hujan bisa ditampung,” pungkasnya. (ud)