SURABAYA | duta.co– Aktris Hollywood, Angelina Jolie rela membuang payudaranya karena dia mengetahui rentan terkena kanker payudara.
Angelina membuat keputusan besar itu setelah melakukan tes genomik dari pemeriksaan genetik yang ada pada dirinya.
Tes genomik memang masih belum populer. Namun peminat melakukan tes ini meningkat dari waktu ke waktu. Dan National Hospital (NH) Surabaya menyediakan tes itu untuk masyarakat yang ingin mengetahui kondisi kesehatan dan kemungkinan rentan terhadap penyakit apa akibat kondisi genetik di tubuhnya.
Dokter Christina Rusli SpGK dari National Hospital, Surabaya mengatakan tes genomik bisa mendeteksi penyakit yang kemungkinan besar diderita seseorang hingga delapan tahun ke depan.
“Ini bisa jadi deteksi awal sehingga bisa melakukan antisipasi dengan mengubah gaya hidup, olahraga, mengubah pola makan dan sebagainya,” ujar dr Christina.
Tes genomik yang dilakukan cukup dengan swab tersebut memberikan hasil yang signifikan dan membantu seseorang untuk mengetahui lebih dalam bagaimana karakteristiknya. Target akhirnya adalah seseorang bisa mendapatkan pengobatan yang tepat atau precision medicine.
Nah, tes genomic ini merupakan proses analisis DNA untuk mengidentifikasi variasi genetik. Dari hasil tersebut, pasien akan mendapatkan banyak informasi tentang dirinya. Informasi tersebut antara lain, seputar kesehatan risiko penyakit di kemudian hari, bakat seseorang, sifat, pola diet yang cocok, olahraga yang sesuai dengan genetic pasien, hingga kondisi kesehatan mental.
Tes genomik dilakukan sekali seumur hidup. Ada 360 hasil laporan dari tes genomik. Ratusan tersebut diklasifikasikan menjadi 19 kategori. Belasan kategori itu antara lain, Integumentary System, Skeletal System, Nervous System, Visual System, Lymphoid System & Immunity, Respiratory System, Female Reproductive System, Sport Genomics, Behavioral Genetics, Personality, Cognitive Hereditary, Nutrition, Circulation System, Diet, Digestive, Endocrine System, Urinary, Mental Health Condition, dan Male Reproductive System.
Pemeriksaan genomik ini tidak ada batasan usia. Sebelum tes, pasien akan diminta untuk puasa makan dan minum, kecuali air putih 60 menit sebelum melakukan tes 360 DNA. Tingkat akurasi hasil pemeriksaan DNA lebih dari 98,5 persen.
“Dari tes genomik ini, pasien akan memahami bagaimana gen memengaruhi pemilihan nutrisi dan kebugaran melalui nutrigenomic dan sportgenomic,” jelas dr Christina.
Selain itu, informasi genetik yang diperoleh dari pemeriksaan dapat digunakan untuk personalisasi pengobatan. Dengan memahami bagaimana seseorang bakal merespon terhadap suatu obat, maka demikian dokter dapat memilih pengobatan yang paling efektif.
CEO National Hospital Ang Hoey Tiong mengatakan, pihaknya akan terus meningkatkan fitur-fitur dalam National Hospital Apps untuk menjawab kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Kolaborasi antara National Hospital dengan Asaren dalam menyelenggarakan tes genomics melalui National Hospital Apps tersebut menjadi salah satu bentuk bagaimana pihaknya menjawab kebutuhan masyarakat.
Ang Hoey Tiong mengungkapkan, begitu pasien mengetahui apa saja risiko penyakit lalu bagaimana pola diet, maka pasien akan lebih mudah mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, pasien juga bakal terhindar dari pengeluaran mendadak akibat penyakit.
“Misal ada risiko penyakit tertentu terkait endokrin. National Hospital memiliki banyak layanan keunggulan untuk membantu pasien mendapatkan kualitas hidup lebih baik lagi. Jadi, tak perlu berobat di luar negeri, di National Hospital ramah dengan teknologi dan didampingi oleh tim dokter yang ekspert,” jelasnya. ril/end