SIDOARJO | duta.co – KH Ali Mustawa, pengasuh Majelis Ahad Pagi (Mahadi), Masjid Al-Ikhlas, Perum Graha Permata, Krian, Sidoarjo merasa prihatin, karerna belum banyak umat Islam yang gemar salat berjamaah.
“Padahal, salat berjamaah itu solusi kehidupan. Bulan ini (Rajab) adalah HUT Perintah Salat yang asalnya 50 waktu, menjadi 5 waktu. Jadikan momen untuk memperbaiki kualitas salat,” demikian KH Ali Mustawa dalam pengajian Mahadi, Minggu (5/1/25).
Jika tidak ada aral melintang, isnyaAllah Sabtu (25/1/25) Masjid Al-Ikhlas menggelar Gebyar ‘Graha Bersalawat’ bersama Habib Ahmad Bin Abu Bakar Assegaf MPd, Gus Adzim, Gus Jalil dengan iringan Hadrah Ahbaabul Musthofa, Sidoarjo.
“Tentu, kita berharap momen Isra Mi’raj ini menjadi penguat umat Islam untuk gemar berjamaah ke Masjid,” demikian Drs Abdul Wahid, Takmir Masjid Al-Ikhlas.
Menurut Kiai Ali Mustawa, salat berjamaah itu penting dan menjadi solusi meningkatkan kualitas salat. “Karena kita ini masih mudah kepincut gemerlapnya dunia. Ingat kisah Nabi Ya’kub dan anaknya kesayangannya, Nabi Yusuf? Ia kemudian diuji oleh Allah, dipisahkan dengan anak yang dicintainya,” tegas Kiai Ali.
Salat, lanjutnya, adalah solusi kehidupan. Banyak jamaah yang lupa bahwa ada doa-doa penting, terdapat kata sandi dalam bahasa Inggris password atau passcode yang sangat dibutuhkan setiap manusia hidup. “Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu ‘annii. Apa yang tidak ada dalam doa ini?” tanyanya.
Ironisnya, survei Indonesia Moslem Report pernah melaporkan, bahwa, tidak semua umat Islam gemar salat berjamaah. Padahal, umat muslim sepakat dan yakin, bahwa salat 5 waktu hukumnya wajib. Meninggalkannya dengan sengaja adalah dosa besar. Tapi apakah seluruh umat Islam di Indonesia sudah menunaikannya?
Lembaga ini, lima tahun lalu menggelar survey. Hasilnya hanya 38,9% umat muslim yang menunaikan salat. Yang sering berjamaah, tetapi tidak ajek baru mencapai 7,7% saja. Dan, yang ajek (istiqomah) berjamaah salat 5 waktu, baru mencapai 2% saja.
“Faktanya, isnyaAllah begitu. Dari ribuan warga Graha, hanya sekitar 2% yang aktif berjamaah. Dari seribu warga misalnya, hanya 20 orang yang rajin ke masjid. Kalau di Graha ini ada dua masjid, Al-Muhajirin dan Al-Ikhlas, maka, jumlah itu dibagi dua,” tegas seorang jamaah di Masjid Al-Ikhlas.
Berikut data survei Indonesia Moslem Report yang pernah diterbitkan oleh Avara Research, melansir akun X pegiat sosial sekaligus Founder and CEO of AMI Group and AMI Foundation, Azzam Mujahid Izzulhaq:
- Umat Islam di Indonesia yang sudah menunaikan salat 5 waktu dan selalu dilaksanakan secara berjamaah baru mencapai 2% saja.
- Umat Islam di Indonesia yang sudah menunaikan salat 5 waktu dan sering berjamaah baru mencapai 7,7% saja.
- Umat Islam di Indonesia yang sudah menunaikan salat 5 waktu dan kadang-kadang berjamaah mencapai 29,2%.
- Umat Islam di Indonesia yang sering salat 5 waktu mencapai 33,8%.
- Umat Islam di Indonesia yang kadang-kadang salat 5 waktu mencapai 26,8%.
- Umat Islam di Indonesia yang tidak pernah salat 5 waktu mencapai 0,4%.
Dari data di atas, Azzam Mujahid Izzulhaq menyimpulkan bahwa umat Islam yang selalu melaksanakan salat 5 waktu baik sendirian atau pun berjamaah baru mencapai 38,9% atau 4 dari 10 orang saja. “Sisanya masih ‘sering’ dan ‘kadang-kadang’ saja salat 5 waktunya atau 6 dari 10 orang masih ‘bolong-bolong’ salatnya,” jelas Azzam.
Selain itu, Azzam juga membagikan data salat umat muslim yang ditinjau dari sisi usia pembagian generasi. Hasilnya menunjukkan semakin dewasa usianya, maka cenderung semakin tertib dalam melaksanakan salat 5 waktu, baik sendirian maupun secara berjamaah.
“Namun, kondisi ini berlawanan dengan generasi yang lebih muda, khususnya Gen Z dan Younger Millenial, semakin muda maka semakin ‘bolong-bolong’ salatnya,” ungkapnya.
Azzam pun blak-blakan mengungkap alasan menyajikan data salat umat muslim di Indonesia tersebut. “Maksud saya menyajikan ini adalah, diambil dari satu Rukun Islam – yaitu salat lima waktu saja yang sifatnya wajib dan mutlak bagi seluruh umat Islam, kita masih punya pekerjaan rumah yang begitu besarnya. Masih ada 61,1% saudara kita yang harus kita rayu, ajak, motivasi untuk bisa menunaikan kewajibannya,” jelasnya.
Menurut Azzam, jika seluruh umat Islam di Indonesia fokus menyelesaikan masalah salat 5 waktu, maka tidak akan ada waktu untuk berdebat, saling caci dan saling hina. “Kita bahkan sibuk duduk bersama, membuat pemetaan dakwah. Yang tradisionalis dakwah di mana, yang modernis dakwah di mana dan yang fundamentalis dakwah di mana,” katanya.
“Targetnya dibuat, misal tahun 2025 ini yang bolong-bolong salat 5 waktunya harus berkurang minimal 5 dari 10 atau 50%-nya sudah bisa diajak shalat baik sendirian maupun berjamaah. Atau menaikkan prosentase orang yang sudah salat 5 waktu dari sendirian menjadi kadang-kadang berjamaah atau menjadi sering berjamaah. Serius, sibuk kita. Tak sempat buang-buang waktu dan energi untuk saling membenci. Yang ada adalah saling berkolaborasi,” tambahnya.
Hebatnya, ada, umat Islam Indonesia, mesti salatnya banyak yang bolong, tetapi, hanya ada 0,4% saja yang benar-benar tidak pernah salat 5 waktu. “Meski bolong-bolong, minimal ikut salat hari raya,” tegas Kiai Ali Mustawa yang siap dipanggil sebagai Kiai Singa Raja ini sambil tersenyum. (mky)