Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni. (FT/SITI Nor)

PONOROGO | duta.co Berita duta.co berjudul ‘Kabar Buruk dari Ponorogo, 20% Balita Derita Stunting…” ternyata, masih ada yang jauh lebih buruk lagi. Bahkan Ponorogo termasuk kabupaten yang lumayan sukses dibanding daerah lain.

“Ada daerah yang gizi buruk bayinya sampai 45%. Ponorogo termasuk bisa menekan dengan baik, sampai angka 21,72 persen, sudah mendekati batasan WHO lebih kecil dari 20%,” jelas sumber duta.co, sambil menunjukkan data vayi gizi buruk Jawa Timur 2018, Kamis (29/11/2018).

Meski sudah mencapai 21,72 persen , tetapi, data ini masih membuat Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni prihatin. Kendati dibanding beberapa daerah lainnya di Jatim, termasuk rendah, karena sudah miliaran rupiah digulirkan untuk menekan pertumbuhan stunting tersebut.

“Saya turut prihatin dengan kejadian tersebut. Saya menyayangkan Program Pemerintah Daerah Kabupaten  Ponorogo yaitu Bantuan Keuangan Pembinaan dan Pengembangan Posyandu Balita yg dianggarkan pada 2017 sebesar Rp 6, 162 miliar dan 2018 sebesar Rp 8,338 miliar dengan hasil yang seperti itu,” jelasnya.

Tetapi, ini bukan berarti patah semangat. “Nampaknya masalah ini perlu mendapakan perhatian lebih serius semua pihak, agar Ponorogo Bebas dari Gizi Buruk,” kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni dalam pesan singkatnya, Kamis (29/11/2018).

Diakui Bupati , memang tidak  mungkin  bisa mengenolkan angka stunting atau kemiskinan bawah ini. Namun di sisi lain yang dicapai Ponorogo tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

“Ini sudah jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya dan dibanding kabupaten  lain di Jatim. Namun demikian kita terus bekerja keras untuk menurunkan angka tersebut,” tegasnya.

Dari angka yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Ponorogo menunjukkan progres penurunan penderita stunting di Ponorogo. Diawali tahun 2013 dengan 26,8%, lalu mengalami penurunan lagi di tahun 2014 sebanyak 26,2%, tahun 2014 dengan angka paling bagus yaitu pernah mencapai 19,2% .

Lalu naik lagi menkadi 26,3 di tahun 2016 . Tahun lalu mengalami penurunan yaitu 25,1 dan tahun ini turun lagi menjadi 21,72%.

“Tahun 2017 stunting kita ada 25 persen, tapi pada bulan timbang tahun 2018  ini turun 5 persen tinggal  20 persen sekian. Balita  kita 55 ribu, penderira stunting merata di mana-mana, termasuk di kota ( Kecamatan Ponorogo),” kata Rahayu Kusdarini, Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo, Selasa ( 27/11).

Rahayu Kusdarini atau akrab dipanggil Irin menyebutkan, penyebab stunting adalah kekurangan gizi kronis. Dan stunting ini bisa diobati ketika balita dalam usia 0-18 bulan. Jika lebih dari usia 2 tahun maka akan sulit diobati. Dan stunting ini diawali dari saat ibu hamil menderita kurang gizi utamanya zat besi . Sehingga untuk menekan angka itu maka pemerintah tahun 2019 mewajibkan seluruh remaja putri ( calon ibu) untuk mengkonsumsi tablet zat besi.

“Ukurannya adalah zat besi. Anak usia  0-18 bulan kondisi stunting bisa diintervensi , lebih dari 2 tahun  sulit. Program terus menerus pemberian fe ( zat besi) pada remaja putri, 2019 seluruh remaja putri dapat fe. Juga pendampingan ibu hamil resiko tinggi, latih kader posyandu untuk dampingi ibu hamil, penambahn skil kader,dll. Ketika ada gejala stunting segera kita lakukan intervensi,” ujar Irin.

Jawa Timur Perlu Perhatian Khusus

Sumber duta.co menyebutkan, bahwa, angka stunting di Jatim masih memperihatinkan. Di Pamekasan tahun 2017 misalnya, bisa mencapai 42,5 persen. Di Kabupaten Bangkalan angka bayi gizi buruk juga mencapai 43 persen.

Dengan demikian, pemerintah seharusnya konsentrasi di pertumbuhan dan perkembangan SDN, karena 10 tahun lagi mereka ini menjadi milenial, kalau sampai bergizi buruk, maka, kualitas SDM akan terganggu. Meminjam bahasa Rocky Gerung belanja negara harus mendahulukan beli susu ketimbang aspal untuk jalan tol. (sna)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry