MAGELANG | duta.co – Kekhawatiran aparat aksi solidaritas untuk Muslim Rophingya berbuntut rusuh, memang, masuk akal. Tetapi, penutupan akses kegiatan kemanusiaan, jelas tidak masuk akal. Inilah yang dikeluhkan umat Islam dalam aksi kemanusiaan di Masjid Jami’ Magelang, Jawa Tengah, Jumat (08/9/2017) kemarin.
Pihak kepolisian dikabarkan menutup seluruh akses jalan ke lokasi aksi solidaritas untuk Rohingya, di Magelang. Akibatnya, peserta aksi tidak bisa masuk ke Magelang. Oleh sebab itu, tak sedikit dari mereka yang nekad melintasi aliran sungai.
Demikian pula yang dialami Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak. Karena akses jalan ditutup, ia bersama rombongan pun terpaksa melintasi sungai bersama rombongannya.
“Iya (lewat sungai.red). Nggak bisa lewat, karena jalan ke Magelang ditutup pak polisi,” kata Dahnil kepada kiblat.net.
Dahnil juga mengatakan bahwa ia memang sengaja tidak memberitahu ke polisi bahwa ia akan mengikuti aksi solidaritas ini. Selain itu, ia menegaskan sudah berjanji pada KOKAM Magelang untuk hadir di Masjid Jami’ Magelang.
“Saya sengaja nggak kasih tahu, supaya nggak tahu. Saya lewat sungai di daerah Tempel,” ungkapnya.
“Jadi tepatnya bukan karena khusus saya tidak boleh lewat. Tapi memang semua yang menuju Magelang diblok,” imbuhnya.
Saat itu, ia menyampaikan kepada anggota KOKAM agar tetap tenang dan menahan emosi. Ia menegaskan, KOKAM harus memberikan contoh yang baik.
“Saya hanya minta kawan-kawan tenang dan tidak perlu emosional. Ada ribuan KOKAM yang sudah di Magelang. Saya bilang tidak perlu marah, berilah contoh yang baik,” tandasnya.
Dunia FB juga ramai. Alasannya sama, umat Islam yang turut Aksi Bela Rohingya di Magelang merasa mendapat banyak hambatan dari pihak aparat kepolisian. Mulai dari penghadangan, akses jalan ditutup, hingga diperiksa secara ketat. Hal itu seperti dirasakan beberapa Netizen yang terlibat langsung dalam aksi hari ini, Jumat (08/09).
Salah satunya, yaitu penulis buku remaja Ustadz Burhan Sodiq. Melalui akun Facebooknya, dia menyatakan bahwa polisi memasang metal detektor di pintu masuk Masjid An-Nur Magelang.
“Mirip dengan Al-Aqsa Palestina. Di mana jamaah yang mau masuk masjid An Nuur Magelang harus diperiksa dengan metal detektor. Ini di Magelang loh, bukan di Palestina,” kicaunya di dinding FB-nya.
Tak hanya itu, dia juga mengeluhkan terkait susahnya jalan menuju ke lokasi demo karena banyak jalan yang ditutup. “Jalan berliku menuju tempat aksi. Negara demokrasi yang susah menemukan sisi demokrasi nya. Hanya aksi wirid saja dihalangi. Segala akses jalan ditutup,” katanya.
Hambatan lain juga diungkapkan oleh pemilik Facebook dengan nama Umeir Khaz yang memilik pengikut 32 ribu orang lebih. Dia menyatakan bahwa harus menyusuri sungai untuk tiba di tempat digelarnya aksi.
“Karena dicegat polisi ketika berangkat untuk aksi bela Rohingya di sekitar Borobudur, Ketua Kokam Bang Dhanil dan rombongannya akhirnya sampai walau menelusuri sungai,” tulisnya.
Selain itu, banyak juga yang rela harus berjalan kaki karena kendaraan mereka dicegat oleh aparat dan tidak boleh masuk. “Yang tertahan di Palbapang, ribuan massa akan jalan kaki ke lokasi sejauh 15km. Allahu Akbar !!! Selamat bekerja Pak Polisi Myanmar !!,” sindirnya. (kib,em)