SURABAYA | duta.co – Jauh sebelum Presiden Prabowo Subinato menangis di depan ribuan guru Indonesia, seorang teman sudah berani mengatakan, bahwa, Prabowo bisa menjadi Presiden ‘Kemerdekaan’ Indonesia yang sesungguhnya.
“Dia bukan saja penerus Bung Karno, tetapi juga membumikan gagasan ketahanan pangan Pak Harto. Meneruskan ‘teknolog’ Habibie, mewujudkan indahnya keberagaman Gus Dur, siap menjadi ‘tangan kanan’ Megawati, menjadi mitra Susilo Bambang Yudhoyono dan melanjutkan impian Jokowi,” kata seorang pengurus Banom PBNU ini suatu ketika.
Prabowo, jelasnya, memegang prinsip Jawa: Medem jero, mikul duwur. Dia tidak akan mau mengudal kelemahan pendahulunya. “Tetapi, Prabowo akan menunjukkan jati dirinya, dia bukan presiden boneka. Dia bisa menangis di depan ribuan guru. Selama ini, belum pernah kita melihat wajah Presiden RI seperti itu,” tegasnya.
Bagaimana sosok Prabowo Subianto? Ada baiknya kita simak catatan Dr Syahganda Nainggolan, yang terkanl sebagai pemilik ‘Sabang Merauke Circle’. Judulnya mantap, Terimakasih Prabowo yang sudah beredar viral di medsos:
Terimakasih Prabowo!
Oleh Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle
Doktor Said Didu menyebarkan WA ucapan terimakasih kepada Prabowo Subianto. Cukup kaget saya hari ini. Jumhur menelpon saya, siang ini diundang Prabowo Subianto ke istana, diskusi upah buruh.
Berkali-kali saya mengatakan pada para aktifis yang selama ini menjadi oposisi dan bingung dengan Prabowo, seolah-olah dia antek Mulyono alias Jokowi, bahwa saya yakin Prabowo adalah kebalikan Jokowi. Tesis saya jelas bahwa manusia itu terbentuk oleh sejarahnya dan karakter individual (inherited), di mana Prabowo sejarahnya adalah patriotik, sebaliknya Jokowi “bajingan tolol” saja.
Hari ini Dr. Said Didu secara mengagetkan saya menyebarkan WA ucapan terimakasih dia kepada Prabowo. Ucapannya ini, dikaitkannya dengan beberapa menteri Prabowo yang menunjukan projek Aguan atas PSN PIK 2 tidak disetujui Prabowo.
Pernyataan menteri itu antara lain oleh Menpera tentang tidak boleh ada perumahan eksklusif, pernyataan Mendes terkait tidak boleh ada kepala-kepala desa ikutan projek pembebasan lahan dan terakhir Menteri ATR/BPN yang menyatakan PSN PIK 2 tidak sesuai Rencana Tata Ruang (28/11/24). Bahkan, Menteri Nusron Wahid dalam pernyataan terbaru, menyatakan PSN PIK 2 akan ditinjau ulang oleh Prabowo untuk dilihat apakah sesuai dengan 4 landasan pembangunan Prabowo, yakni kedaulatan pangan, ketahanan energi, hilirisasi dan _Giant Sea Wall_ untuk di pantai Utara Jawa.
Said Didu selama ini termasuk yang curiga Prabowo masih dalam bayang-bayang Jokowi. Banyak WA-WA dia yang mempertanyakan integritas Prabowo. Sementara saya karena hidup dalam ilmu sosiologi dan pendamping seorang psikolog, meyakini sebaliknya, cepat atau lambat Prabowo mengontrol permainan.
Tentu saja tidak gampang untuk melihat perbedaan Prabowo Subianto dalam waktu singkat kepada bekas presiden sebelumnya, setidaknya dalam implementasi kebijakan. Dari segi retorika, kita memang melihat berbagai pidato Prabowo sangat berbeda. Prabowo berkali-kali menekankan patriotisme dan national interest.
Dalam pidatonya di Peru, dihadapan berbagai kepala negara, Prabowo mengatakan “_We have challenges, we still have. I would say we still have poverty at the large scale, large level, which I’m determined to bring down, and we do have a significant percentage of our children malnourished. I’m also determined to address this problem head on_.”
(Alenia 12 pidato Presiden Prabowo di Peru, 14/11). Konsistensi pidato seperti ini, oleh seorang Kepala Negara menunjukkan dia seorang patriot dan mementingkan “national interest”. Jokowi tentu tidak pernah pidato demikian, karena Jokowi boneka konglomerat oligarki. Bahkan dalam level implementasi Jokowi membackup oligarki atas nama PSN diberbagai wilayah merampas tanah-tanah rakyat. Bahkan, di pantai Utara Banten, seperti kasus PIK 2, PSN ini telah merampok tanah-tanah rakyat dan saat ini telah menjadi sumber instabilitas nasional.
Membelok kekuasaan oligarki selama era Jokowi menjadi kekuasaan negara untuk rakyat, sesuai cita-cita proklamasi kemerdekaan, tentu memakan waktu. Ucapan terimakasih Said Didu, terkait PSN PIK 2 tentu sebuah tanda-tanda negara kembali berwibawa. Soal PSN ini sebenarnya pernah saya ungkap pada waktu Professor Dasco menyatakan pada saya dan Jumhur, beberapa bulan lalu, bahwa Prabowo akan meninjau ulang PSN PIK 2. Sebab, menurut prof Dasco, Prabowo akan melihat peran negara dalam mengatur peruntukan lahan-lahan strategis, seperti di pantai, dalam kerangka nasionalisme. Jokowi yang tidak mengerti istilah nasionalisme tentu tidak faham. Namun, Prabowo pasti akan merubahnya. Negara harus hadir.
Selain urusan perampokan tanah-tanah negara dan rakyat yang diatensi Prabowo, 5 hal penting Sumitro ini juga bisa membuat kita meyakini Prabowo adalah presiden patriotik. Pertama, Upah. Dalam teori, upah adalah instrumen keadilan sosial. Mobilitas vertikal manusia bisa dilakukan melalui kestabilan upah dan kenaikan upah. Itu juga terkait dengan rencana industrialisasi dan hilirisasi.
Jumhur Hidayat, ketua Serikat Buruh terbesar KSPSI, yang siang ini diterima Presiden Prabowo Subianto di Istana, akan mendiskusikan soal upah. Di Indonesia selama ini, dalam rezim brengsek dan rezim² pro orang kaya, melihat buruh hanya sebagai alat produksi. Dengan Presiden mengundang pemimpin buruh berdialog, maka bisa dipastikan prinsip International Labour Organization (ILO) terkait Social Dialogue, akan terjadi. Artinya kaum buruh bukan lagi sebagai alat produksi, bahkan dijadikan sebagai “_Stake Holder_” pembangunan.
Prinsip kaum buruh sebagai mitra dan pemilik pembangunan akan melenyapkan kesombongan orang orang kaya yang sok jagoan. Saya sebagai doktor bidang perburuhan memberi perspektif kepada Jumhur bahwa konglomerat Indonesia ini tidak pantas sombong, karena mereka lahir sebagai “ersatz capitalism” alias orang kaya yang tidak berkeringat. Mereka kaya raya karena kekuasaan. Awalnya memanfaatkan jaringan pada kekuasaan. Lalu sekarang membuat penguasa di bawah ketiak mereka.
Teori Ersatz Kapitalisme ini dikembangkan oleh Yushihara Kunio, akademis Jepang, yang melihat berkembangnya konglomerat bandit-bandit di Indonesia dan Asean lainnya. Mereka bukan ksatria dan patriotik. Mereka hanyalah gerombolan pemeras negara dan bangsa kita. Selain pemburu rente, pencipta korupsi, tidak berorientasi industri, banyak lainnya kebusukan mereka yang dipotret Yushihara.
Sebagai “penjahat”, yang membawa kabur 14.000 Triliun”kekayaan kita” ke Singapore dan “melarikan diri” selama dua tahun di Singapura, ketika era COVID 19 (antara lain buat club sepeda yang diketuai penduduk perumahan didekat hotel Mulia), Prabowo tidak pantas menerima kritikan mereka atas rencana Prabowo menaikkan upah. Di Malaysia, sebagai pembanding, ketika konglomerat di sana lebih patriotik, upah buruh naik 13% pada Januari 2025 nanti.
Selain soal upah, Prabowo juga membantai habis judi online yang berkembang pesat di era Jokowi. Di era Prabowo, tanpa jargon jargon judi haram, kita melihat pemberantasan judi terjadi massif. Bahkan, sasaran pemenjaraan ke arah eselon satu atau bahkan menteri terkait ijin ijin judi online itu.
Banyak hal lain yang Prabowo perlu diapresiasi. Jadi, pernyataan terimakasih Said Didu hari ini membuat kita, kaum oposisi, harus mulai menjalin kebersamaan dengan Prabowo, sepenuhnya.
*Penutup*
WA Doktor Said Didu yang disebarkan kemana-mana berupa ucapan terimakasih kepada Prabowo Subianto atas tindakan 3 menteri-menterinya, yakni Mendes, Menpera dan Menteri ATR/BPN, yang tidak sejalan dengan PSN PIK 2, apalagi Menteri ATR mengatakan PSN PIK 2 tidak sesuai Tata Ruang dan akan ditinjau kembali Prabowo merupakan bukti baru bahwa Prabowo meletakkan negara untuk kepentingan nasional (national interest). Ini semakin meyakinkan kita bahwa Prabowo bukan seperti Jokowi, apalagi antek Jokowi. Prabowo adalah patriotik dan akan bekerja untuk rakyat.
Prabowo Subianto yang siang ini mengundang Mohammad Jumhur Hidayat dan tokoh buruh lainnya untuk mendialogkan soal upah, adalah bukti lain bahwa negara berpikir untuk kesejahteraan rakyat. Buruh dalam dunia ilmu bukanlah alat produksi, melainkan mitra negara dan instrumen keadilan.
Saatnya kita mengikuti Said Didu, mulai melihat Prabowo sebagai sosok patriotik dan bekerja untuk kepentingan negara (national interest).
Salam Jum’at dari Bandung.