Rudi Umar Susanto, M.Pd – Dosen S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

MENULIS artikel ilmiah sangat berkaitan dengan publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah merupakan sarana pengakuan keilmuan bagi para penulis artikel ilmiah, khususnya di kalangan akademisi.

Di Indonesia, menulis artikel ilmiah belum dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi para dosen maupun mahasiswa. Hanya segelintir dosen dan mahasiswa yang peduli dengan artikel dan publikasi ilmiah sehingga menghasilkan tingkat produktivitas publikasi ilmian yang rendah di Indonesia.

Apabila keadaan seperti ini terus terjadi, maka Indonesia dapat semakin tertinggal jauh dari negara-negara lain dalam hal penulisan artikel ilmiah dan publikasi ilmiah.

Dalam menulis artikel ilmiah, seorang peneliti harus memahami State of the Art penelitiannya. State of the Art merupakan bagian yang akan dijual dari artikel ilmiah.

State of the Art bagaikan fondasi membangun rumah, apabila fondasinya kokoh maka rumah juga akan menjadi kuat dan tidak mudah roboh dan begitu pula sebaliknya. Dengan State of the Art yang kuat maka artikel ilmiah akan bernilai jual tinggi, sehingga kemungkinan ditolak saat pengiriman jurnal akan sangat kecil.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Sebaliknya, apabila State of the Art yang kita ajukan lemah sedangkan bagian artikel ilmiah yang lain terlihat menakjubkan, maka keseluruhan artikel ilmiah berkualitas buruk karena tidak memiliki dasar penelitian yang kuat.

Wisnu Jatmiko, dkk (2015), untuk mendapatkan State of the Art yang kuat dan berkualitas baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena memerlukan adanya usaha dan kerja keras peneliti.

State of the Art didefinisikan sebagai tingkat pengembangan mencakup pada peralatan, prosedur, proses, teknik, hingga teori yang dicapai pada waktu tertentu dan

 merupakan hasil dari penerapan metodologi terkini. Penentuan State of the Art dapat didasarkan pada tiga hal, yaitu: data, proses, dan analisis.

(PERTAMA), pada penggunaan data sebagai hal yang digunakan untuk menentukan state of the art, penulis dapat menggunakan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan menerapkannya pada masalah baru. (KEDUA), proses penentuan State of the Art dapat dilakukan dengan cara mengubah atau memodifikasi metode pada suatu penelitian.

Cara ini lebih sulit dari cara yang pertama karena membutukan pemahaman yang lebih dalam terhadap topik dari penelitian yang diajukan. (KETIGA), menggunakan analisis sebagai penentu State of the Art dapat dilakukan dengan memberikan analisis yang tajam dan berbeda pada suatu penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Jika data dan proses penelitiannya sama dengan jurnal lain namun terdapat perbedaan pada analisis, maka hal ini dapat digunakan untuk membuat karya ilmiah yang berbeda.

Untuk memperoleh State of the Art yang kuat, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: kontribusi, orisinalitas, dan keterbaruan. Ketiga kriteria tersebut dijelaskan pada subbab di bawah ini. (1) KONTRIBUSI, Secara sederhana, kontribusi berarti dampak positif yang dapat diberikan dari penelitian yang telah dilakukan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Apabila penelitian benar-benar dilakukan, hasil dari penelitian dan seberapa penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat menentukan tingkat state of the art. Semakin besar nilai kontribusi yang ditawarkan pada suatu jurnal ilmiah, maka semakin kuat State of the Art yang akan dibentuk.

(2) ORISINALITAS, Orisinalitas adalah keaslian dari penelitian yang dilakukan dimana penelitian belum pernah dilakukan sebelumnya. Kriteria ini merupakan salah satu bentuk spesifik dari kontribusi ilmiah yang mana belum ada peneliti lain yang pernah melakukan hal yang sama sebelumnya. Apabila penelitian yang dilakukan sudah pernah dilakukan sebelumnya, maka orisinalitas penelitian tersebut adalah rendah.

Hal ini berarti penelitian ini tidak memberikan suatu kontribusi baru yang spesifik untuk masyarakat pada umumnya. (3) KETERBARUAN, Keterbaruan adalah kontribusi ilmiah yang secara spesifik menambah pengetahuan secara teoritis maupun praktik dari suatu disiplin ilmu.

Perbedaan utama antara keterbaruan dengan orisinalitas adalah pada keterbaruan penelitian yang diusulkan merupakan suatu pengembangan yang dapat memperbaiki penelitian yang sudah dilakukan atau benar-benar baru secara teoritis, seperti penemu teori fuzzy. Sedangkan orisinalitas, hanya terbatas pada konteks tidak terjadi tindakan plagiarisme terhadap penelitian-penelitian lain.

Membuat dan menentukan State of the Art  itu tidak mudah, namun hal tersebut akan mudah, manakala proses itu selalu kita asah dan lakukan berkali-kali. Semoga adanya informasi terkait cara membuat State of the Art  dalam karya tulis ilmiah dapat membantu para peneliti maupun mahasiswa yang sedang mengerjakan penelitiannya. *