
SURABAYA | duta.co – Bagi masyarakat muslim Indonesia, nama Laksamana Cheng Ho atau Zheng He sudah tidak asing lagi, beliau adalah seorang pejabat dinasti Ming yang terkenal melakukan ekspedisi dagang hingga ke Bumi Nusantara.
Perjalanan Laksamana Cheng Ho tersebut berawal dari kota Nan Jing yang pada waktu itu adalah ibukota Kerajaan Ming di Tiongkok, sehingga kini di situ ada masjid bersejarah yaitu Mesjid Jinggue di Jalan Shengzhou, yang sekaligus merupakan mesjid tertua di Kota Nanjing, karena berdiri sejak zaman kerajaan Ming, penanda posisi umat Islam di Kota Nan Jing pada waktu itu.
Kunjungan PWNU ke Masjid Jinggue kali ini disambut hangat oleh Dai (Ketua Asosiasi Islam Nan Jing) dan Abdurrahman (Imam Masjid Jinggue), beserta pengurus.
Delegasi PWNU Jatim antara lain Wakil Rais Syuriah KHA Matin Djawahir, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Kikin Abdul Hakim, Wakil Ketua PWNU Jatim Prof Suparto Wijoyo (Pascasarjana Unair Surabaya), dan Wakil Ketua PWNU Jatim, dan Prof Maskuri Bakri (Unisma Malang).
Pada kesempatan itu, delegasi PWNU Jatim dengan pengurus Masjid Jinggue) mendiskusikan masalah kebangsaan dan kerukunan beragama yang ada di Tiongkok bahwa Tiongkok mengakomodasi dan melindungi semua warga negaranya.
“Negara kami mengakui dan menjamin hak-hak semua umat beragama yang ada di Tiongkok, termasuk Islam dan bahkan yang atheis sekalipun, semua mendapatkan perlakuan yang sama tanpa terkecuali,” ujar Abdurrahman, sebagaimana dikutip Prof Dr. H. Suparto Wijoyo, dalam keterangannya, Kamis.
Merespons hal itu, KH Kikin Abdul Hakim menjelaskan semua manusia di muka bumi adalah saudara, terlebih lagi sesama umat Islam dimanapun berada, karena itu kita harus bersikap dan bertutur dengan baik terhadap saudara-saudara kita.
Hal yang sama juga ditegaskan Prof Suparto bahwa Indonesia tanpa terkecuali juga telah mengakomodasi semua hak dan kewajiban dari umat beragama seluruh warga negara Indonesia.
Delegasi PWNU Jatim melihat geliat dan semangat umat muslim di Tiongkok, khususnya di kota Nan Jing, juga menjadi bukti bahwa konsep unity in diversity, bersatu dalam perbedaan  telah diaplikasikan dengan baik, perbedaan agama bukanlah menjadi alasan untuk memecah belah bangsa, namun justru melalui perbedaan itulah yang akan melekatkan semangat kebangsaan untuk saling tolong menolong dan berkarya demi kemajuan bangsa dan negara.
Melalui kunjungan ini, PWNU Jatim menyatakan optimis bahwa Indonesia kedepannya akan menjadi negara maju yang unggul di kawasan Asia dengan berbekal semangat moderasi dan toleransi sebagai fondasi utama pembangunan bangsa.
Selain menelusuri jejak sejarah Laksamana Cheng Ho, delegasi PWNU Jatim juga belajar pengelolaan sungai dari negeri Tiongkok, Ada dua sungai yang terkenal di Tiongkok yaitu sungai Kuning dan sungai Yangtze.

Tampak rombongan PWNU Jatim ketika berada di Tiongkok. FT/IST
Kedua sungai tersebut dianggap sebagai pembuluh darah bagi peradaban Tiongkok sejak zaman dahulu kala. “Air sungai kuning jernih lahirnya orang suci” adalah ungkapan betapa pentingnya kejernihan sungai demi kelangsungan anak cucu di generasi yang akan datang.
Pada kunjungan delegasi PWNU Jatim di Kota Lan Zhou dan Kota Nan Jing, yang dilintasi sungai kuning dan sungai Yangtze,  melihat pengelolaan sungai yang jernih, yang dalam hal ini pemerintah menaruh perhatian serius terhadap masalah lingkungan yaitu sungai.
Melalui tata kelola yang baik yang memfokuskan pada kebersihan sungai, masyarakat yang tinggal di wilayah yang dialiri sungai Kuning dan sungai Yangtze merasakan manfaat yang maksimal, mulai dari kebersihan dan pemandangan yang elok, sistem pengairan yang baik hingga terlepas dari ancaman bencana banjir.
“Yang membuat kami kagum adalah tidak hanya wilayah sungai saja, bahkan pohon-pohon tua pun mendapat perhatian serius dari pemerintah, dimana pohon-pohon yang sudah tua diberi semacam sertifikat yang disematkan, selain pohon dilakukan perawatan yang tersistematis, juga bagi masyarakat yang merusak pohon akan mendapatkan sanksi bagi negara,” kata Prof Suparto.
Tiongkok sudah selangkah lebih maju dalam menjaga ekosistem dan kelangsungsn lingkungan hidup melalui instrumen hukum yang tepat  KH Kikin Abdul Hakim menilai pemuliaan lingkungan hidup juga merupakan kewajiban seluruh umat manusia khususnya Islam selaku khalifatullah fil ardh atau Khalifah di muka bumi.
Melalui kunjungan kali ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat pemuliaan lingkungan hidup bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk bergotong royong demi menjaga kemuliaan lingkungan supaya bermasalahat bagi anak cucu di generasi mendatang.
Selama lawatan/muhibah di Tiongkok sejak 27 Oktober hingga kini, PWNU Jatim menilai Islam di Tiongkok mirip di Indonesia, karena adanya moderasi beragama, termasuk saat bertemu jajaran Pengurus Islamic Association of Gansu Province, Hajjah Ma Aisyah; Imam Besar Masjid Xi Guan H Umar Mukhtar; dan Li dari Kementerian Kerukunan Beragama Tiongkok. (*/pwnu)
 
		






























 
             
             
             
             
             
            





