SURABAYA | duta.co – Beda di Indonesia beda di Jerman dalam hal pengobatan khususya kanker. Secara teknologi dan Sumber Daya Manusia tidak terlalu jauh bahkan sama, yang membedakan persoalan biaya. Karena pengobatan kanker perlu pengobatan yang berkelanjutan dan tidak semuanya discover oleh asuransi kesehatan ataupun BPJS Kesehatan.
Demikian dikatakan Breast Surgeon dari Breast Center Münster, Jerman dr. Med. Joke Tio. Menurutnya beda pelayanan pengobatan kanker payudara di Jerman dengan Indonesia. Salah satunya adalah soal pembiayaan yang membuat penderita kanker di Jerman tidak terbeban dengan biaya karena sudah ditanggung oleh asuransi dari Pemerintah.
Menurut dr. Med, struktur penanganan kanker payudara di Jerman dengan di Indonesia sama saja, mulai alat hingga prosedurnya. Yang berbeda adalah kemampuan finansial dari pasien kanker untuk berobat. Di Jerman, semua biaya pengobatan pasien kanker ditanggung asuransi. Sehingga, pasien kanker hanya fokus pada penyembuhan saja.
“Struktur di sini hampir seperti di Jerman, di Indonesia ini yang masih lain itu kemampuan (biaya), karena di Jerman itu ada asuransi. Jadi problemnya (di Indonesia itu) biaya, asuransi,” ujarnya saat seminar Indonesia-Germany Sharing Experiebce in Berastagi Cancer Management Ke-5 yang diiadakan Rumah Sakit Onkologi Surabaya (RSOS), Sabtu (25/11/2023).
Dengan kenyataan di Jerman yang tidak masalahan soal biaya, dr. Med. Joke Tio menegaskan tingkat kesembuhan kanker payudara di Jerman lebih tinggi jika dibanding di Indonesia. Hal ini karena para perempuan di sana telah menyadari mereka memiliki risiko terkena kanker payudara lebih tinggi dari laki-laki, sehingga mereka pun melakukan skrining untuk deteksi dini.
“Pengetahuan rakyat itu memangnya lain kalau di Jerman, di Jerman itu semua orang sudah tau, oh saya perempuan, saya risikonya tinggi terkena kanker payudara. Jadi misalnya diundang (untuk skrining) ya semua datang,” kata dr Med.
Oleh karena itu menurut dia, masalah utama kanker payudara di Indonesia adalah soal pembiayaan. Karena proses penyembuhan kanker payudara tak sepenuhnya ditanggung oleh asuransi, dalam hal ini BPJS.
“(Misalnya pasien) harus dikemoterpi, dikasih apa itu penangananya sama saja, tapi pasiennya yang biasanya tidak bisa membayar,” jelasnya.
Sementara itu, Founder Rumah Sakit Onkologi Surabaya dr. Ario Djatmiko, SpB, Subsp.Onk (K) menyampaikan, diskusi dengan RS luar negeri semacam ini agar penanganan kanker di Indonesia sama dengan di luar negeri, yakni memiliki high standard. Apalagi, teknologi kedokteran berkembang dengan pesat, pasien pun berhak mendapatkan penanganan yang tepat dan terkini.
“RSOS secara berkala melakukan benchmarking dengan cara mengirim dokter-dokter ahlinya ke pusat penangan kanker terbaik di dunia secara berkala. Begitu juga, sebaliknya dokter dari Negara lain hadir di RSOS,” tambahnya.
dr. Ario Djatmiko menambahkan penanganan Kanker Payudara yang sesuai dengan Standar Terapi
Internasional terbukti dapat meningkatkan angka kesembuhan pada pasien kanker payudara. Sebagai salah satu Breast Center terbesar di Indonesia, Rumah Sakit Onkologi Surabaya (RSOS) mempunyai komitmen menjalin kerjasama dengan pusat penanganan kanker nasional daninternasional dengan melakukan benchmarking berkala dan menjalin networking dengan Breast Center terbaik dunia serta berbagi ilmu dengan sejawat lain.
“Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker payudara serta meningkatkan kualitas penanganan kanker payudara di Indonesia. “
dr. Ario menyampaikan bahwa memasuki era teknologi ini maka pelayanan kesehatan tidak bisa menghindari adanya kolaborasi dan kerjasama. Syarat kerjasama pertama kita harus fokus untuk kepentingan pasien, kedua semua yangterlibat harus tahu tentang bagaimana penanganan yang benar dan high standard, ketiga adalah harus tahu peran masing-masing di dalam kolaborasi ini, dan keempat adalah kita terhubung dengan satu sistem sehingga kita bisa melakukan suatuinteraksi yang baik komunikasi yang optimal untuk memberi yang terbaik padapasien.
“Teknologi kedokteran berkembang dengan pesat. Pasien berhak mendapatkanpenanganan yang tepat dan terkini. Pemilihan teknologi medik yang tepat dan terkini bagi setiap pasien adalah tanggung jawab RS Onkologi Surabaya (RSOS). “
Untuk itu, RSOS melakukan 3 hal: Pendekatan Team, mengikuti International StandardProcedure dan Benchmarking. Benchmarking adalah cara untuk memastikan bahwapenanganan pasien di RSOS telah menyamai standar pelayanan medik yang terbaikdi dunia. RSOS secara berkala melakukan benchmarking dengan cara mengirim dokter-dokter ahlinya ke pusat penangan kanker terbaik di dunia secara berkala. imm